Komika Pandji Pragiwaksono baru-baru ini mengungkapkan pandangannya mengenai kontroversi yang melibatkan pengawalan mobil dinas berpelat RI 36, yang ternyata hanya digunakan untuk mengantarkan berkas bagi Raffi Ahmad. Dalam sebuah video di kanal YouTube-nya, Pandji menyatakan keheranannya bahwa kendaraan dinas tersebut memerlukan pengawalan dari petugas patroli dan pengawalan (Patwal) meski Raffi tidak berada di dalam mobil saat itu.
Menurut penjelasan Pandji, mobil dinas yang dikawal Patwal hanya dipakai untuk mengantar berkas-berkas milik Raffi Ahmad, yang menjabat sebagai utusan khusus presiden. “Menurut pengakuan Raffi Ahmad, saat itu tidak ada Raffi Ahmad di dalam mobil tersebut. Adanya berkas,” kata Pandji menjelaskan situasi tersebut. Ia menyampaikan bahwa pengawalan yang dilakukan oleh Patwal untuk sebuah berkas saja menciptakan kesan bahwa ada keistimewaan yang tidak seharusnya diterima oleh seorang publik figur.
Pandji berpendapat, pengawalan Patwal yang terkesan arogan itu menimbulkan pertanyaan lebih lanjut mengenai pentingnya Raffi Ahmad dalam konteks kedinasan. “Jadi Raffi Ahmad minta tolong dibawain berkas. Berkasnya dibawa pakai mobil tersebut. Mobil tersebut dibuka sama Patwal. Patwalnya arogan,” ungkapnya. Dia juga menunjukkan keheranan yang dalam atas pengaruh Raffi Ahmad yang seolah-olah membutuhkan pengawalan tinggi hanya untuk mengantarkan dokumen.
Dalam komentarnya, Pandji menambahkan dengan nada satir. “Kita sekarang jadi bertanya-tanya, kalau berkas doang aja dikawal Patwal, berkas doang nggak ada Raffi Ahmadnya, dibukain pakai Patwal, gimana kalau ada Raffi Ahmad-nya?” tanyanya retoris. Ia melanjutkan, “Udah dibukain pakai panser pasti itu. Ah, boro-boro, nggak ada mobil bisa lewat. Panser yang ngawal. Berkas aja pakai Patwal, kalo ada Raffi-nya pakai panser, pake tank, helikopter, semuanya.” Pernyataan ini menggambarkan pandangan Pandji yang skeptis tentang prosedur keamanan yang dianggap berlebihan.
Pandji Pragiwaksono, yang dikenal sebagai sosok kritis di dunia hiburan Indonesia, menyinggung aspek penting dalam pemerintahan dan pelayanan publik. Melalui kritiknya, Pandji tampaknya ingin menarik perhatian masyarakat terhadap kebijakan dan penggunaan sumber daya negara yang seharusnya lebih efisien dan tidak wolong.
Beberapa poin penting yang diungkapkan Pandji dalam komentarnya antara lain:
1. Pengawalan Patwal untuk berkas dinilai tidak proporsional.
2. Raffi Ahmad tidak berada di dalam mobil, namun tetap menggunakan fasilitas pengawalan.
3. Pertanyaan kritis tentang pengaruh publik figur dalam penggunaan sumber daya negara.
4. Pernyataan satir yang menggambarkan potensi pengawalan berlebihan jika Raffi hadir.
Pandji tidak hanya menciptakan momen canda, tetapi juga merangsang diskusi lebih luas mengenai etika penggunaan kendaraan dinas serta perlunya transparansi di kalangan pejabat publik. Dengan mengangkat isu ini, Pandji turut berkontribusi dalam membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya akuntabilitas dan keadilan dalam layanan publik di Indonesia.
Dengan situasi ini, publik diharapkan dapat lebih bijak menyikapi penggunaan hak dan fasilitas yang dimiliki oleh para pejabat dan tokoh publik. Pandji mengingatkan kita bahwa meskipun kita menghormati posisi seseorang, tetap penting untuk menilai tindakan dan kebijakan yang mereka ambil berkenaan dengan perhatian publik.