Para bintang film "Pernikahan Arwah" (The Butterfly House) menjalani proses syuting dengan cara yang berbeda dari biasanya. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada Rabu (5/2), aktor Jourdy Pranata menyebutkan bahwa mereka diminta untuk selalu membawa garam sebagai tindakan preventif terhadap hal-hal mistis selama proses syuting berlangsung. Menurutnya, garam dipercaya memiliki sifat pembersihan energi, yang dianggap penting saat berhadapan dengan nuansa horor dan mistis yang dihadirkan dalam film tersebut.
Jourdy menjelaskan bahwa lokasi syuting film horor ini memiliki energi yang kuat, yang menggambarkan suasana keluarga Tionghoa pada tahun 1940-an. "Kita disuruh bawa garam karena memang setelah syuting, kalau bisa (diri) kita di-cleansing (dibersihkan). Energi yang ada baik dari set syuting maupun dari rumah itu tidak bohongan," ungkapnya. Dia menambahkan bahwa seringkali para pemain merasakan ketakutan dan intimidasi akibat suasana yang ditimbulkan oleh lokasi syuting.
Dalam rangka menjaga energi positif selama syuting, tim produksi mengambil langkah ekstra dengan menyewa ‘orang pintar’. Tindakan ini bertujuan untuk memastikan bahwa para pemain tetap dalam keadaan mental yang baik dan terhindar dari pengaruh negatif yang mungkin timbul. Jourdy menyebutkan, "Kami diminta bawa garam karena garam itu kan punya energi membersihkan. Jadi habis syuting, kalau misalnya mandinya pakai garam, makanya enggak ada energi buruk yang terbawa," jelasnya.
Sebagai bagian dari ritual pembersihan, pemain diinstruksikan untuk melarutkan garam ke dalam air dan menggunakannya sebagai bilasan setelah syuting. "Tata cara penggunaannya sama seperti mandi pada umumnya," kata Jourdy. Menariknya, meskipun Jourdy mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang skeptis terhadap hal-hal berbau mistis, pengalaman selama syuting membuatnya merasakan fenomena yang mungkin sulit dijelaskan secara logika. "Ada beberapa kejadian mistis yang benar-benar terjadi di lokasi syuting," tuturnya.
Film "Pernikahan Arwah" mengisahkan tentang sepasang suami istri, Salim dan Tasya, yang memutuskan untuk melakukan sesi foto pre-wedding di rumah keluarga Salim setelah kepergian bibinya. Dalam proses tersebut, mereka harus mengikuti ritual keluarga berupa pembakaran dupa setiap hari di sebuah altar misterius, yang ternyata membuat mereka menjadi target teror arwah leluhur Salim.
Berikut adalah beberapa aspek menarik tentang film ini:
-
Tema Budaya Tionghoa: Jourdy mengungkapkan ketertarikan akan budaya Tionghoa yang ditampilkan dalam film. "Karena di sini (Indonesia), kita sudah familiar dengan kain kafan dan peti jenazah, tapi dalam budaya Tiongkok, ornamen-ornamen tersebut sangat berbeda," ujarnya.
-
Pemeran yang Beragam: Selain Jourdy, film ini juga dibintangi oleh Morgan Oey, Zulfa Maharani, Puty Sjahrul, Amagerald, Alam Setiawan, Verdi Soaliman, dan Bonita, yang masing-masing membawa warna tersendiri dalam penokohan.
-
Ritual dan Tradisi: Film ini tidak hanya menyoroti aspek horor, tetapi juga menggali tradisi dan ritual yang ada dalam masyarakat Tionghoa, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kepercayaan dan praktik spiritual mereka.
- Rilis yang Dinanti: "Pernikahan Arwah" dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia pada 27 Februari 2025, dan diharapkan dapat menarik perhatian tidak hanya pecinta film horor, tetapi juga penonton yang tertarik pada eksplorasi budaya.
Dengan semua elemen ini, "Pernikahan Arwah" berpotensi menjadi salah satu film horor menarik yang tidak sekadar menawarkan ketakutan, tetapi juga memperkenalkan tradisi yang kaya dalam konteks naratifnya. Para pemainnya muncul dengan semangat dan keprihatinan yang tinggi, menjadikan pengalaman syuting ini lebih dari sekedar pekerjaan, tetapi juga perjalanan yang bermakna dalam memahami warisan budaya yang berbeda.