
Industri pembayaran di Indonesia mengalami transformasi signifikan berkat dukungan dari pasar modal yang fokus pada inovasi dan efisiensi. Dalam skenario ini, investor semakin memilih fintech dengan model bisnis berkelanjutan dan diferensiasi produk yang kuat. Sampath Sharma Nariyanuri, Analis Riset Senior di S&P Global Market Intelligence, menegaskan bahwa perhatian investor saat ini beralih kepada startup yang menawarkan solusi pembayaran inovatif seperti faktur digital, transaksi lintas batas, dan keuangan tertanam.
Dinamika ini melahirkan tantangan bagi perusahaan pembayaran yang lebih tua, yang harus beradaptasi untuk tetap relevan di tengah persaingan ketat dengan fintech yang lebih tangkas dan inovatif. Melihat tren tersebut, banyak pelaku industri mulai berusaha mengimplementasikan teknologi baru demi mempertahankan pangsa pasar mereka.
Meski terdapat inovasi yang pesat, penawaran umum perdana (IPO) di sektor fintech pembayaran masih mengalami stagnasi. Layanan seperti Buy Now, Pay Later (BNPL) dan dompet digital masih menjadi magnet bagi investor, berkat pertumbuhan pengguna yang stabil. Banyak fintech, menyadari pentingnya membangun pertumbuhan yang berkelanjutan, memilih untuk menunda IPO demi meningkatkan valuasi perusahaan sebelum melantai di bursa.
Kondisi ini mengarah pada peningkatan aktivitas merger dan akuisisi (M&A) di sektor pembayaran. Dalam tahun 2024, misalnya, telah tercatat 220 transaksi M&A dengan total nilai mencapai USD48 miliar, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor-faktor utama yang mendorong lonjakan M&A ini adalah:
- Inovasi pembayaran vertikal: Perusahaan mengincar solusi spesifik untuk industri tertentu yang lebih efisien.
- Ekspansi lintas batas: Banyak pelaku industri yang berusaha memperluas jangkauan geografis mereka untuk mencapai pasar baru.
- Pencegahan penipuan: Investasi untuk meningkatkan keamanan transaksi menjadi prioritas bagi banyak perusahaan.
- Ekspansi geografis: Perusahaan pembayaran mencari kesempatan untuk meningkatkan volume transaksi dengan memasuki pasar baru.
Tren ini menunjukkan bahwa perusahaan pembayaran tengah mencari cara untuk beradaptasi dan menjawab tantangan industri dengan strategi akuisisi.
Dalam laporan S&P Global Market Intelligence, terungkap bahwa meskipun 77 persen perusahaan pembayaran mencatatkan pertumbuhan pendapatan, terdapat 51 dari 93 perusahaan publik yang mengalami penurunan harga saham dalam satu tahun terakhir. Meskipun sektor ini terus berkembang, pendanaan untuk perusahaan pembayaran swasta justru mengalami penurunan sebesar 47 persen, menjadi USD7 miliar, dan jumlah transaksi menurun 23 persen menjadi 392 transaksi.
Dari perspektif positif, sembilan perusahaan pembayaran lintas batas yang didirikan setelah tahun 2000 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, meningkatkan total volume transaksi dan ekspansi bisnis mereka. Hal ini menegaskan bahwa ada ruang untuk pertumbuhan di sektor inovasi pembayaran, meskipun tantangan dan persaingan yang dihadapi cukup ketat.
Dengan kondisi pasar yang berubah cepat, investor semakin selektif dalam memilih perusahaan pembayaran untuk didanai, fokus pada efisiensi modal, daya saing produk, dan keberlanjutan bisnis. Seiring dengan perkembangan ini, industri pembayaran diharapkan tidak hanya siap menghadapi tantangan yang ada, tetapi juga mampu mengenali peluang untuk inovasi lebih lanjut. Dengan demikian, masa depan industri pembayaran mungkin akan diwarnai oleh banyak terobosan baru yang menarik dan solutif.