Dunia

Pasukan Korea Utara Alami Kerugian Besar: 1.000 Tewas di Kursk

Pasukan Korea Utara yang dikerahkan ke Rusia dalam konflik Ukraina mengalami kerugian signifikan, dengan hampir 1.000 tentara dilaporkan tewas dalam pertempuran di wilayah Kursk. Menurut pejabat Barat yang berbicara dengan syarat anonim, pasukan dari Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) ini mengalami hampir 40% korban jiwa dari sekitar 11.000 tentara yang dikirim ke medan perang dalam waktu tiga bulan.

Data menunjukkan bahwa sekitar 4.000 dari 11.000 pasukan Korea Utara mengalami korban jiwa, yang mencakup mereka yang tewas, terluka, hilang, atau tertangkap. Dari total tersebut, sekitar 1.000 tentara diyakini telah tewas pada pertengahan Januari. Kerugian yang sangat besar ini menimbulkan pertanyaan serius tentang kemampuan Korea Utara untuk mempertahankan kekuatan militernya dalam konflik yang berkepanjangan.

Kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia tampaknya tidak berhasil mendukung upaya Presiden Vladimir Putin untuk mendorong pasukan Ukraina keluar dari wilayah yang telah mereka kuasai. Serangan kilat yang dilancarkan oleh Ukraina ke wilayah Kursk pada Agustus lalu mengejutkan pasukan Rusia dan dianggap sebagai langkah strategis untuk meraih keuntungan dalam negosiasi damai di masa depan.

Dibandingkan dengan angkatan bersenjata Rusia, pasukan Korea Utara yang terlibat dalam pertempuran ini, khususnya dari unit "elit" Storm Corps, tampaknya menghadapi tantangan berat. Para tentara ini diketahui kurang berpengalaman dan tidak memiliki pelatihan yang memadai. Beberapa analis militer, termasuk mantan komandan tank Angkatan Darat Inggris, Kolonel Hamish de Bretton-Gordon, mengungkapkan bahwa mereka "dilemparkan ke dalam mesin penggiling dengan sedikit peluang untuk selamat" dan dianggap sebagai "umpan meriam" dalam pertempuran.

Berdasarkan laporan intelijen Korea Selatan, pasukan Korea Utara diakui tidak siap dengan kenyataan perang modern. Mereka menjadi sasaran mudah bagi drone First-Person-View (FPV) Ukraina, yang telah digunakan secara efektif di medan pertempuran selama bertahun-tahun. Namun demikian, meskipun ada kerugian yang signifikan, Jenderal Oleksandr Syrskyi, komandan militer utama Ukraina, memperingatkan bahwa kehadiran pasukan Korea Utara masih dapat menimbulkan masalah bagi pejabat Ukraina di garis depan.

Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa pasukan Korea Utara yang baru dikerahkan ini didukung oleh taktik Soviet yang mengandalkan jumlah. Ini menandakan bahwa meskipun mereka menghadapi kerugian besar, tentara Korea Utara masih memiliki keunggulan dalam hal jumlah.

Dalam situasi ini, beberapa poin penting yang perlu dicatat terkait kerugian yang dialami pasukan Korea Utara adalah sebagai berikut:

  1. Jumlah Korban: Diperkirakan bahwa 1.000 pasukan telah tewas dalam konflik yang berlangsung di Kursk.

  2. Kurangnya Pelatihan: Pasukan ini terdiri dari tentara yang kurang terlatih dan tidak familiar dengan taktik modern.

  3. Taktik yang Digunakan: Mereka mengandalkan taktik yang lebih tradisional, terbilang kurang efektif dalam menghadapi jenis peperangan saat ini.

  4. Dukungan Militer yang Minim: Pasukan ini tidak mendapat pelatihan yang memadai serta perlindungan yang cukup di lapangan.

  5. Kondisi Medis yang Tidak Jelas: Belum ada kepastian di mana pasukan terluka dirawat, menambah beban bagi komando militer Korea Utara.

Situasi ini menunjukkan bahwa meskipun Korea Utara mencoba memainkan peran dalam konflik Rusia-Ukraina, kerugian yang besar dapat memengaruhi kemampuan negara tersebut untuk berperang. Ketidakmampuan untuk menjaga stabilitas pasukan di medan perang berpadu dengan tantangan menghadapi taktik yang lebih modern dari Ukraina, menciptakan potensi kerugian yang lebih besar di masa yang akan datang.

Guntur Wibowo

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button