Kesehatan

Pasutri Tunda Momongan: KB atau Pembekuan Sel Telur, Mana Pilihan Terbaik?

Pasangan suami istri yang ingin menunda kehamilan sering kali menghadapi pilihan sulit antara menggunakan metode kontrasepsi (KB) atau melakukan pembekuan sel telur, sperma, maupun embrio. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan yang perlu dipertimbangkan oleh pasangan.

Menurut dr. Victor Prana Andika Santawi, seorang dokter spesialis kandungan dan kebidanan di Eka Hospital, ada tiga pilihan menunda kehamilan: pembekuan sel telur, pembekuan sperma, dan pembekuan embrio. Pembekuan embrio dianggap sebagai opsi terbaik karena embrio sudah berisi sel-sel yang matang dan siap untuk berkembang menjadi janin. "Nikah dulu embrionya udah ada. Embrionya dibekuin itu paling bagus," ujarnya.

Pembekuan sel telur juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan menggunakan metode KB. Sel telur yang dibekukan pada kualitas baik dapat memberikan peluang kehamilan yang lebih tinggi di masa mendatang. Hal ini berbeda dengan KB, di mana sel telur akan terbuang dan dapat menurun kualitasnya seiring dengan bertambahnya usia. "Pil KB enggak bisa mencegah itu (sel telur tetap baik)," tegas dr. Victor.

Berikut adalah perbandingan antara ketiga metode tersebut:

  1. Pembekuan Embrio

    • Peluang kehamilan tinggi karena embrio sudah dalam bentuk siap.
    • Proses dilakukan dengan fertilisasi in vitro (IVF) sehingga pasangan memiliki kendali lebih besar atas waktu kehamilan.
  2. Pembekuan Sel Telur

    • Kualitas sel telur lebih terjaga karena dibekukan saat masih baik.
    • Memberikan kesempatan untuk menggunakan sel telur yang lebih sehat di masa depan.
  3. Penggunaan Metode KB
    • Praktis dan mudah dilakukan.
    • Namun, sel telur akan tetap terbuang dan kualitasnya berkurang seiring waktu.

Meski pembekuan sel telur dan pembekuan embrio lebih disarankan, dr. Victor menjelaskan bahwa di Indonesia, para pasangan biasanya lebih mengenal penggunaan KB. KB dikenal sebagai program untuk mengontrol jumlah kelahiran, serta menawarkan berbagai metode seperti pil KB, pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), penggunaan kondom, hingga vasektomi pada pria. Namun, disarankan agar pasangan lebih memahami pilihan lain yang mungkin lebih efektif dalam menunda kehamilan.

Penting untuk diketahui bahwa pembekuan sel telur, sperma, dan embrio juga umumnya disarankan bagi pasangan yang menjalani terapi kanker, seperti kemoterapi. Pengobatan ini dapat merusak sel yang sehat, termasuk sel telur dan sperma, sehingga pilihan untuk membekukan sel sangatlah strategis.

Salah satu keuntungan dari metode pembekuan adalah bahwa pasangan dapat memiliki keturunan di masa depan meskipun dalam kondisi kesehatan yang tidak ideal. Namun, dr. Victor memperingatkan, "Kalau kasih kemoterapi, itu bisa nembus ke plasenta barrier," menekankan pentingnya perencanaan yang matang dan pemahaman yang mendalam mengenai kesehatan reproduksi.

Dalam konteks ini, pasangan yang ingin menunda kehamilan sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter untuk memilih metode yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan dan rencana keluarga. Dengan pemahaman yang tepat, mereka dapat membuat keputusan yang akan memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan reproduksi mereka di masa depan.

Dina Anggraini adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button