
Keputusan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, untuk kembali menunjuk pelatih asal Belanda, Patrick Kluivert, guna menangani Timnas Indonesia, kini menuai sorotan setelah debutnya berakhir dengan kekalahan telak 1-5 dari Timnas Australia pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang berlangsung di Allianz Stadium, Sydney pada 20 Maret 2025. Momen ini menjadi perhatian publik, terutama mengingat sejarah buruk yang pernah dialami Erick saat menjabat sebagai presiden Inter Milan.
Kekalahan menyakitkan ini membuat banyak kalangan bertanya-tanya apakah Erick Thohir telah mengulangi kesalahan yang sama saat ia membawa Frank De Boer ke Inter Milan pada tahun 2016. Saat itu, De Boer dipilih untuk menggantikan Roberto Mancini yang dipecat akibat ketidakcocokan dalam urusan transfer pemain dan hasil pramusim yang buruk. Kartu truf De Boer sebagai pelatih dengan pengalaman di Ajax Amsterdam, yang berhasil meraih empat gelar Liga Belanda, ternyata tidak menjadi jaminan kesuksesan.
Dalam masa jabatannya yang singkat, De Boer hanya mampu memperoleh lima kemenangan, dua hasil imbang, dan tujuh kekalahan dari total 14 pertandingan yang dijalani. Dengan hasil akhir yang menyedihkan, di mana tim hanya mencetak 15 gol dan kebobolan 19 gol, Inter Milan terpuruk di papan tengah Serie A dan menjadi rekor pelatih dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah klub tersebut. Setelah menjalani 85 hari yang penuh tekanan, De Boer dipecat pada 1 November 2016, saat tim mengalami empat kekalahan dalam lima laga terakhirnya.
Kini, kritik serupa muncul terhadap keputusan Erick Thohir untuk kembali mengambil pelatih dari Belanda. Kriterianya yang mungkin terkesan prematur dan situasi tidak kondusif di Timnas Indonesia saat ini menyebabkan banyak yang merasa langkah ini tidak tepat. Setelah kekalahan melawan Australia, pelatih Kluivert sendiri mendapatkan sorotan negatif dari berbagai pihak, walaupun ada yang mempertahankan bahwa perubahan positif bisa saja datang dari pendekatan taktik yang baru.
Dalam pertandingan tersebut, Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Australia yang menguasai jalannya laga. Tim Merah Putih tampak kesulitan menembus pertahanan lawan dan berulang kali kecolongan di belakang. Jay Idzes, kapten Timnas Indonesia, bertekad untuk segera bangkit dan mempersiapkan diri menghadapi laga berikutnya melawan Bahrain. Ia menegaskan bahwa tim tidak ingin terlalu lama terjebak dalam kesedihan akibat kekalahan ini.
Dengan pengalaman pahit yang pernah dialami saat di Inter Milan, banyak yang berharap Erick Thohir bisa mempertimbangkan kembali strategi pemilihan pelatih dan menyusun rencana jangka panjang untuk Timnas Indonesia. Pemilihan Kluivert meski didasari oleh visi untuk membawa tim ke arah yang lebih baik, tidak dapat dipungkiri ada kekhawatiran jika sejarah buruk tersebut kembali terulang.
Pelatih Timnas Belanda sebelumnya tidak asing dengan tekanan tinggi yang dihadapi di tingkat internasional, namun hasil buruk pada debutnya tentu memunculkan keraguan. Kluivert harus segara menemukan formula yang tepat agar tim tidak terjebak dalam hasil negatif yang bisa merusak kepercayaan publik dan membuat posisi Erick Thohir dipertanyakan.
Sebagai ketua PSSI, tugas Erick ke depan adalah crucial. Ia perlu menyusun langkah strategis yang matang untuk Timnas Indonesia kedepannya. Jika tidak, bukan tidak mungkin kesalahan yang sama kembali terulang dan membuat Timnas Indonesia kehilangan arah di pentas internasional. Fokus ke depan harus lebih pada pembangunan tim yang solid dan strategi jangka panjang, bukan sekadar mengganti pelatih.