Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan rencana pemerintah untuk mencari vendor baru dalam impor daging kerbau. Langkah ini diambil sebagai respon terhadap tingginya harga daging kerbau yang ditetapkan oleh vendor di India, yang berimplikasi pada harga daging kerbau di dalam negeri.
Dalam rapat koordinasi diselenggarakan oleh Bapanas mengenai stabilisasi pasokan dan harga pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Puasa dan Idul Fitri 2025 secara daring, Arief menjelaskan bahwa harga daging kerbau di India berkisar antara US$3,8 hingga US$3,9 per kilogram. Ia berkomentar, “Kita harusnya mulai berhitung lagi. Maksudnya kita cari vendor lagi yang baru.”
Harga yang tinggi di pasar internasional langsung berdampak pada harga daging kerbau di Indonesia. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berada di sekitar Rp16.300 menambah beban biaya impor. Arief menegaskan, “Kalau dibilang harganya tinggi, karena belinya di sana sudah tinggi, plus rate-nya itu sekarang Rp16.300. Jadi, habis ini saya menugaskan tim khusus untuk survei ke sana, 2-3 vendor lagi yang harganya bisa di bawah.”
Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) juga mencatat bahwa harga daging kerbau saat ini hampir menyamai harga daging sapi. Untuk daging kerbau beku jenis paha belakang, harga per kilogram berkisar antara Rp100.000 hingga Rp120.000, sedangkan paha depan berada di kisaran Rp95.000 hingga Rp110.000. Kenaikan harga ini menunjukkan tantangan yang dihadapi sektor pangan, terutama dalam menjaga daya beli masyarakat menjelang hari raya.
Sebagai langkah untuk menjaga kestabilan pasokan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menerbitkan Persetujuan Impor (PI) daging sapi dan kerbau sebanyak 117.000 ton. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Iqbal Soffan Shofwan, mengkonfirmasi, “Untuk PI (persetujuan impor) daging untuk dua-duanya, sapi dan kerbau jumlahnya 117.000 ton.” Namun, rincian porsi antara daging sapi dan kerbau yang akan diimpor belum dijelaskan.
Dari perspektif pemerintah, Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono, menyatakan bahwa pihaknya menginginkan kelancaran proses impor daging. “Beberapa waktu lalu kami telah meminta perhatian khusus kepada Dirjen Perdagangan Luar Negeri agar masalah impor daging jangan sampai terhambat. Alhamdulillah kami senang mendengar bahwa sekarang PI sudah terbit dan relatif tepat waktu,” katanya.
Dalam upaya menjaga pasokan dan stabilitas harga, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah dalam menghadapi masalah ini:
Pengawasan Harga: Melakukan monitoring terhadap harga daging di pasar sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat bagi konsumen.
Survei Vendor Baru: Mendatangi beberapa vendor di luar India untuk mendapatkan harga yang lebih bersaing.
Evaluasi Kebijakan Impor: Melihat kembali kebijakan yang ada dan mempertimbangkan kemungkinan memperluas kerjasama dengan negara lain yang mampu menyediakan daging dengan harga lebih kompetitif.
Keterlibatan Asosiasi Terkait: Mengajak asosiasi distributor daging dan peternak untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan impor guna memastikan keseimbangan antara pasokan dan permintaan.
- Program Edukasi dan Sosialisasi: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diversifikasi sumber protein hewani selain daging kerbau dan sapi untuk menyokong pola konsumsi yang lebih berkelanjutan.
Tindakan cepat dan tepat dari pemerintah diharapkan dapat membantu menjaga pasokan daging kerbau dan sapi menjelang hari-hari besar serta memastikan bahwa harga tetap terjangkau bagi masyarakat.