Pemerintah Siaga Karhutla di Kalteng: Antisipasi Kebakaran Hutan!

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) telah meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, memimpin apel siaga di Daops Menggala Agni, Palangkaraya, pada tanggal 20 Maret 2023. Aktivitas ini melibatkan sekitar 500 personel dari Manggala Agni, Polhut, Masyarakat Peduli Api, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Dalam sambutannya, Menhut Raja Antoni menekankan pentingnya pencegahan sebagai langkah utama. "Kita mencoba mengantisipasi, lebih baik mencegah dari pada mengobati," ujarnya. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya Karhutla adalah dengan memastikan ketersediaan air. Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengisi sumur, kolam, dan embung, agar menjadi sumber air ketika kebakaran terjadi. "Meskipun kita punya teknologi secanggih apapun, kalau airnya tidak ada kan tidak bisa. Sekat kanal itu menjadi penting," tegasnya.

Raja Antoni juga mengungkapkan rencana untuk melakukan modifikasi cuaca. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan pada musim panas, kali ini modifikasi cuaca akan dilakukan pada masa transisi ketika tanah gambut masih dalam keadaan basah. Menurutnya, hal ini diharapkan dapat mengurangi potensi kebakaran.

Secara keseluruhan, Menhut Raja Antoni memberikan catatan positif tentang penurunan kasus Karhutla di Kalteng. Data dari tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa dengan kerja sama yang solid, angka kebakaran hutan telah berkurang signifikan. Pada tahun 2019, luas area yang terbakar mencapai 1,6 juta hektare, sedangkan pada tahun 2023 diperkirakan turun menjadi sekitar 1,1 juta hektare. Menurutnya, jika upaya kolaboratif berhasil, angka itu dapat diturunkan lagi hingga 360 ribu hektare pada tahun 2024 mendatang.

Berikut adalah beberapa langkah yang diambil oleh pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi Karhutla tahun ini:

  1. Pemenuhan Sumber Air: Memastikan bahwa semua sumber air, seperti sumur dan embung, selalu terisi penuh untuk digunakan saat kebakaran.

  2. Modifikasi Cuaca: Melakukan modifikasi cuaca di waktu yang tepat, yaitu saat transisi, untuk menghindari kondisi gambut yang kering.

  3. Patroli Rutin: Melaksanakan patroli secara berkala oleh petugas gabungan dari berbagai instansi untuk mengawasi daerah rawan kebakaran.

  4. Kolaborasi dengan TNI dan Polri: Memperkuat kerja sama dengan TNI dan Polri yang memiliki akses hingga ke tingkat desa, guna meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat.

  5. Pendidikan Masyarakat: Mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga hutan dan lahan dari kebakaran melalui program-program edukasi.

Melihat dari data dan statistik yang ada, pencapaian penurunan angka Karhutla dapat dikaitkan dengan upaya kolaborasi multifaset yang melibatkan banyak pihak. Raja Antoni berpendapat bahwa penting untuk tidak merasa puas dengan pencapaian saat ini. "Kita patut berbangga diri, tapi tidak boleh sombong," ungkapnya. Menurutnya, terus melakukan pengendalian adalah kunci untuk menjaga keberhasilan yang telah dicapai.

Menanggapi inisiatif pemerintah, masyarakat juga diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam pencegahan Karhutla. Dengan pendekatan yang terintegrasi antara pemerintah, masyarakat, serta pihak keamanan, harapannya ancaman Karhutla di Kalteng dapat diminimalisir, sehingga lingkungan dapat terjaga dengan baik. Upaya ini tidak hanya sekadar melindungi hutan dan lahan, tetapi juga dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dan keberlanjutan ekosistem.

Berita Terkait

Back to top button