Penderita Ginjal Dilarang Makan Buah dan Obat Jangka Panjang: Mitos atau Fakta?

Penyakit ginjal dikenal sebagai salah satu “silent killer” yang banyak menjangkiti masyarakat di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ginjal kronis di tanah air mencapai sekitar 739.208 orang. Penyakit ini lebih umum dialami oleh kelompok usia lanjut, dengan prevalensi tertinggi pada rentang usia 65 hingga 74 tahun yang mencapai 8,23%. Tragisnya, penyakit ginjal kronis tercatat sebagai penyebab kematian ke-11 tertinggi, dengan lebih dari 42.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi yang berhubungan dengan penyakit ini.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penderita, berbagai mitos mengenai pengelolaan penyakit ginjal beredar di masyarakat, yang dapat menghambat pengobatan yang tepat. Salah satunya adalah anggapan bahwa penderita ginjal dilarang makan buah-buahan. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi, Tunggul D. Situmorang, menyatakan bahwa ini adalah salah satu mitos yang perlu diluruskan. Faktanya, penderita penyakit ginjal kronis diperbolehkan mengonsumsi buah, namun harus memilih jenis yang rendah kalium dan membatasi jumlah konsumsinya.

Kelebihan kalium dalam darah dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk gangguan irama jantung. Oleh karena itu, penting bagi penderita ginjal untuk mengetahui jenis buah yang aman dikonsumsi. Berikut adalah beberapa buah rendah kalium yang cocok untuk penderita ginjal:

– Apel
– Blueberry
– Raspberry
– Anggur
– Peach
– Nanas
– Pear
– Cranberry

Sebaliknya, ada beberapa jenis buah yang tinggi kalium dan sebaiknya dihindari oleh penderita ginjal, antara lain:

– Pisang
– Kelapa
– Kurma
– Belimbing
– Alpukat
– Kiwi
– Jambu Biji

Selain mitos mengenai konsumsi buah, ada juga anggapan bahwa penderita penyakit ginjal tidak boleh minum obat hipertensi dalam jangka panjang. Banyak yang percaya bahwa obat hipertensi dapat berkontribusi pada kerusakan ginjal. Namun, Tunggul D. Situmorang menekankan bahwa ini adalah mitos. “Justru, gagal ginjalnya karena obatnya tidak diminum atau kurang dosisnya,” ujar Tunggul dalam acara Peringatan Hari Ginjal Sedunia bersama Bayer di Jakarta.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal kronis. Konsumsi obat antihipertensi dalam jangka panjang tidak hanya aman, melainkan juga penting untuk memperlambat kerusakan ginjal lebih lanjut. Dokter menyarankan agar penderita hipertensi tetap menjalani pengobatan yang ditunjukkan oleh tenaga medis. Jika ada efek samping atau perubahan kondisi, penderita dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Menghadapi penyakit ginjal dengan informasi yang benar sangatlah penting. Mitos-mitos yang beredar dapat mengganggu proses penyembuhan dan memperburuk kondisi seorang penderita. Karakteristik penyakit ginjal yang “diam”, sering kali membuat pasien tidak menyadari gejala awal, sehingga penanganan yang kurang tepat dapat memperburuk keadaan.

Untuk meningkatkan kesadaran serta pemahaman tentang penyakit ginjal, penting bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat dari tenaga medis dan sumber yang terpercaya. Dengan demikian, penderita ginjal dapat melakukan langkah-langkah pencegahan dan perawatan dengan lebih baik. Sebagian besar mitos seputar penyakit ginjal perlu diluruskan agar publik lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan ginjal melalui pola makan yang seimbang dan pemeliharaan kesehatan yang tepat.

Exit mobile version