Penelitian terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan dari Universitas Stanford mengungkapkan bahwa kemungkinan awal mula kehidupan di Bumi berhubungan dengan fenomena yang belum pernah dipikirkan sebelumnya, yakni ‘petir mikro’ yang tercipta dari air terjun dan gelombang laut. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana reaksi kimia yang menghasilkan blok pembangun kehidupan bisa terjadi di planet kita yang masih muda sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu.
Dalam studi ini, penelitian dipimpin oleh Profesor Richard Zare yang menciptakan muatan listrik mikroskopis di laboratorium. Dia mencampurkan muatan ini dengan gas yang terdapat di atmosfer awal Bumi, dan hasilnya adalah pembentukan rantai atom organik, termasuk urasil – salah satu komponen utama dalam DNA dan RNA, yang berperan penting dalam penyimpanan informasi genetik.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan beranggapan bahwa sambaran petir dari awan-awan di atas Bumi yang lebih awal adalah penyebab utama listrik yang mendukung lahirnya kehidupan. Hipotesis Miller-Urey yang sudah ada lebih dari enam dekade itu pun dikenal luas, namun terdapat kelemahan dalam asumsi ini. Petir yang terjadi jarang menunjukkan bahwa tidak mungkin terdapat cukup energi dari sambaran petir untuk menyebarkan kehidupan di seluruh samudera Bumi yang luas.
Kendati demikian, teori baru tentang ‘Mikropetir’ membentangkan kemungkinan baru bahwa reaksi kimia ini dapat berlangsung terus-menerus di setiap lokasi yang kaya air. Menurut Zare, pertumpahan air yang terjadi di celah-celah batu atau semprotan dari air terjun dapat menciptakan reaksi kimia yang esensial bagi pembentukan kehidupan. Penelitian ini mendukung klaim bahwa air memiliki reaktivitas tinggi saat dipisah dalam bentuk tetesan kecil, menghasilkan energi yang cukup untuk mendukung pembentukan molekul organik.
Cardiometer yang digunakan juga mengidentifikasi bahwa air yang mengalami semprotan dapat mengubah muatannya. Tetesan yang besar cenderung bermuatan positif, sedangkan tetesan kecil menjadi bermuatan negatif. Disinilah letak keunikan proses, di mana setiap tetesan air, saat terpecah, dapat membawa muatan listrik yang berkontribusi pada reaksi kimia vital.
Beberapa senyawa organik yang berhasil dihasilkan dalam eksperimen ini termasuk hidrogen sianida, asam amino seperti glisin, dan urasil. Penemuan ini menawarkan pandangan baru tentang bagaimana blok penyusun bahan hidup bisa tersusun di permukaan Bumi, yang sebelumnya dijadikan objek penelitian intensif.
Zare menyatakan, “Kita biasanya menganggap air sebagai substansi yang tidak berbahaya, tetapi ketika dibagi menjadi tetesan mikroskopis, air dapat menjadi sangat reaktif.” Hal ini menyoroti pentingnya pemahaman yang mendalam tentang interaksi elemen-elemen di Bumi primitif yang dapat mendatangkan kehidupan.
Seiring penelitian ini bertambah dalam cakupan dan kedalaman, banyak pertanyaan mengenai asal mula kehidupan di Bumi akan terjawab. Para ilmuwan berharap untuk terus mengeksplorasi batasan-batasan pengetahuan saat ini dan bagaimana kondisi awal Bumi dapat mendukung pembentukan molekul kompleks yang akhirnya mengarah pada kehidupan. Temuan ini tidak hanya memperluas wawasan kita tentang sejarah evolusi kehidupan, namun juga menandai langkah maju dalam memahami proses-proses dasar yang mengatur eksistensi kita di planet ini.