Kesehatan

Peneliti Rekam Otak Pasien Jelang Kematian, Temuan Mengejutkan!

Penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ahli saraf di Universitas Tartu Estonia telah mengungkapkan temuan mengejutkan mengenai aktivitas otak manusia menjelang saat kematian. Studi ini, yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Aging Neuroscience, menyoroti fenomena menarik bahwa otak tidak mati secara instan ketika seseorang mengalami kematian.

Misi awal para peneliti adalah untuk mendeteksi kejang pada pasien yang mengalami epilepsi melalui penggunaan elektroensefalografi (EEG) berkelanjutan. Namun, saat berada dalam pengawasan, salah satu pasien mengalami serangan jantung dan meninggal. Meskipun kejadian tersebut tragis, tim ilmuwan memutuskan untuk melanjutkan penelitian dengan mengamati aktivitas otak pasien tersebut sebelum dan sesudah jantungnya berhenti berdetak.

Dalam waktu 900 detik, peneliti memperhatikan pola aktivitas otak pasien, khususnya 30 detik sebelum dan setelah kematian. Dr. Ajmal Zemmar, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa sebelum dan setelah jantung berhenti bekerja, mereka mengidentifikasi perubahan pada berbagai pita osilasi saraf, termasuk osilasi gamma, delta, theta, alfa, dan beta.

Pola osilasi gamma yang terdeteksi mirip dengan yang terjadi saat seseorang sedang mimpi, mengingat memori, atau melakukan meditasi. Hal ini memberikan pandangan baru mengenai pengalaman mendekati kematian, di mana banyak orang melaporkan bahwa mereka mengalami momen-momen penting dalam hidup mereka menjelang akhir hayat.

Berikut adalah beberapa poin penting dari temuan penelitian ini:

  1. Otak Aktif Menjelang Kematian: Aktivitas otak tetap terlihat aktif menjelang kematian, meerupakan temuan yang menggugah pemahaman kita tentang kematian.

  2. Pola Gelombang yang Serupa dengan Mimpi: Gelombang otak yang terobservasi mirip dengan pengalaman bermimpi, pengambilan memori, dan saat berMeditasi.

  3. Flashback Memori: Penelitian ini menawarkan penjelasan potensial bagi orang-orang yang melaporkan bahwa mereka mengalami kilasan ingatan yang jelas dari kehidupan mereka saat mendekati kematian.

  4. Osilasi Otak yang Beragam: Selain osilasi gamma, peneliti juga mencatat aktivitas pada osilasi delta, theta, alfa, dan beta, menunjukkan kerumitan respon otak dalam detik-detik terakhir.

  5. Makna Emosional pada Saat Kematian: Pada saaat menjelang akhir hayat, otak mungkin memperdengarkan “retrospeksi” dari momen-momen berharga dalam hidup, menciptakan makna emosional dalam proses kematian.

Dr. Zemmar menekankan bahwa temuan ini menggambarkan bagaimana meskipun orang yang kita cintai tampak tidak berdaya dan memejamkan mata, otak mereka kemungkinan masih beroperasi dan memutar ulang pengalaman indah yang telah mereka lalui selama hidup mereka. Penelitian ini pun menghadirkan perspektif baru dalam bidang neurologi mengenai hubungan antara kesadaran dan kematian.

Penelitian mengenai aktivitas otak menjelang kematian ini tidak hanya menambah wawasan dalam dunia kedokteran, tetapi juga memperdalam pemahaman kita tentang pengalaman yang mungkin dialami seseorang saat melangkah ke gerbang akhir kehidupannya. Ini menjadikan subjek ini sangat relevan dan patut untuk diperhatikan lebih lanjut, terutama dalam konteks medis dan psikologis bagi mereka yang menghadapi kematian.

Dina Anggraini adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button