Pengidap Penyakit Kronis Meningkat: Pentingnya Skrining dan Pemantauan

Jumlah pengidap penyakit kronis semakin meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit menahun seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, obesitas, dan gangguan ginjal menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat. Data terbaru menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi diperkirakan akan meningkat menjadi 29% dari populasi dewasa global pada tahun 2025. Hipertensi sering kali menjadi faktor risiko utama yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ vital, termasuk otak, jantung, dan ginjal.

Di Indonesia, tren peningkatan pengidap diabetes melitus (DM) juga menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2024, lebih dari 20 juta orang diperkirakan mengidap DM, menjadikan Indonesia salah satu dari lima negara dengan kasus diabetes tertinggi di dunia. Penyakit ini sering kali saling berkaitan dengan hipertensi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

Dari data yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 17 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit jantung. Gaya hidup tidak sehat menjadi faktor penyebab utama, terutama merokok, pola makan yang tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik. Hal ini diungkapkan oleh Matthew Justyn, Routine Product Manager Prodia, dalam seminar nasional berjudul “Breaking Barriers, Building Health: The Science of Chronic Disease” yang berlangsung di Jakarta.

“Penyakit kronis merupakan salah satu tantangan terbesar dalam dunia kesehatan saat ini. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman dokter dan para tenaga medis mengenai pentingnya skrining, deteksi dini, pengelolaan, dan pemantauan penyakit kronis secara holistik,” ujar Justyn. Pernyataan ini menegaskan bahwa penanganan penyakit kronis memerlukan pendekatan menyeluruh agar pengidap dapat menjalani hidup dengan kualitas yang lebih baik.

Pengelolaan penyakit kronis yang efektif melibatkan beberapa langkah kunci, antara lain:

1. Skrining dan deteksi dini: Mengidentifikasi kemungkinan pengidap penyakit sejak dini sangat penting agar pengelolaan dapat dilakukan secara tepat.

2. Edukasi pasien: Memberikan pengetahuan tentang manajemen penyakit kepada pasien serta pentingnya menjalani gaya hidup sehat.

3. Pemantauan berkala: Melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau perkembangan penyakit dan respons terhadap pengobatan.

4. Kolaborasi antar tenaga medis: Mendorong kerjasama antara dokter dan ahli gizi, psikolog, dan tenaga medis lainnya untuk pengelolaan yang lebih komprehensif.

5. Penguatan kapasitas sistem kesehatan: Meningkatkan kualitas layanan kesehatan agar memudahkan akses bagi pengidap penyakit kronis.

Prodia juga mengadakan Roadshow Seminar Dokter Nasional 2025 di 11 kota besar di Indonesia. Acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan terkini kepada para klinisi mengenai manajemen penyakit kronis seperti obesitas, gangguan ginjal, hipertensi, dan diabetes melitus. “Acara ini diharapkan dapat menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya dalam mendukung efektivitas pengelolaan penyakit kronis di Indonesia,” lanjut Justyn.

Edukasi kepada tenaga medis dan masyarakat juga dianggap sangat penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit ini. Pengetahuan yang memadai tentang penyakit kronis tidak hanya membantu dalam pengelolaan kesehatan individu tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Peningkatan jumlah pengidap penyakit kronis menuntut perhatian serius dari semua pihak. Melalui skrining, pengelolaan yang tepat, dan pemantauan yang berkelanjutan, diharapkan pengidap dapat menjalani hidup yang lebih berkualitas dan produktif. Ketahanan sistem kesehatan dalam menangani penyakit ini adalah kunci untuk memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat di masa depan.

Berita Terkait

Back to top button