Teknologi

Penjualan Mobil Terancam, Gaikindo Minta Tunda Pajak Opsen

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk menunda penerapan opsen pajak atau pajak tambahan untuk kendaraan bermotor yang direncanakan akan mulai berlaku pada Februari 2025. Permohonan ini muncul di tengah kondisi pasar otomotif Indonesia yang sudah mulai lesu akibat berbagai faktor, termasuk kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang menjadi 12 persen sejak tahun lalu.

Opsen pajak yang digaungkan oleh pemerintah ini merupakan pungutan tambahan yang bisa mencapai 66 persen dari pajak yang berlaku pada tahun sebelumnya. Sekretaris Gaikindo, Kukuh Kumara, menilai bahwa penerapan opsen pajak ini akan sangat membebani masyarakat dan menjadi tantangan berat bagi pelaku industri otomotif. Ia menyatakan bahwa kebijakan ini akan membuat harga kendaraan bermotor menjadi jauh lebih tinggi, sehingga berpotensi menurunkan daya beli konsumen.

“Kalau 12 persen kan kita sudah sampaikan, orang kan waktu beli pakai kredit ya, rata-rata. Harusnya nggak terlalu berdampak. Opsen memang tadi saya sampaikan, itu mengganggu lah sedikit,” ujar Kukuh dalam sebuah konferensi pers pada 27 Januari 2025.

Data penjualan mobil di Indonesia menunjukkan adanya penurunan yang signifikan pada tahun 2024. Penjualan mobil tercatat mencapai 865.723 unit, yang merupakan penurunan sebesar 13,9 persen dibandingkan dengan tahun 2023. Selain itu, penjualan ritel juga merosot, di mana Gaikindo mencatat angka penjualan hanya sebesar 889.680 unit, menurun sebesar 10,9 persen dari 998.059 unit pada tahun 2023.

Dengan tren penurunan ini, Gaikindo menyatakan keraguan apakah penjualan mobil baru di Indonesia bisa kembali menyentuh angka satu juta unit pada tahun ini. Ditambah dengan adanya kebijakan peningkatan PPN dan rencana penerapan opsen pajak, prospek penjualan mobil menjadi semakin mengkhawatirkan. “Kita belum duduk bareng (penetapan target 2025), belum menghitung secara rinci. Jika tahun kemarin saja, tanpa ada opsen kita satu juta saja tidak dapat. Tahun ini kita harapkan dengan model baru, dan sebagainya, dan perkembangannya ada opsen yang ditunda, kita kalau mau optimis di 900-an (ribuan),” kata Kukuh.

Dalam konteks yang lebih luas, penjualan otomotif bukan hanya berdampak pada produsen dan dealer, tetapi juga berpengaruh pada banyak sektor lainnya seperti perbankan, asuransi, dan industri komponen otomotif. Penurunan penjualan kendaraan bermotor dapat mengakibatkan efek domino yang merugikan banyak pihak. Oleh karena itu, keputusan pemerintah mengenai opsen pajak dan regulasi perpajakan lainnya akan sangat menentukan kestabilan industri otomotif di Indonesia.

Gaikindo menekankan pentingnya dialog antara industri dan pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang lebih realistis dan mendukung pertumbuhan sektor otomotif. Hal ini menjadi krusial terlebih di masa pemulihan ekonomi pasca pandemi yang tengah berlangsung. Dalam situasi sulit seperti ini, kolaborasi dan komunikasi yang baik antara pemangku kepentingan adalah kunci untuk mencapai solusi yang menguntungkan semua pihak.

Dengan latar belakang penurunan penjualan dan implementasi kebijakan perpajakan yang memberatkan, harapan untuk melihat pemulihan sektor otomotif Indonesia di tahun-tahun mendatang terlihat semakin menantang. Seiring dengan upaya Gaikindo untuk meningkatkan daya tarik pasar dan mendorong penjualan, keberhasilan dalam mengatasi tantangan ini akan sangat bergantung pada keputusan dan kebijakan yang diambil pemerintah dalam waktu dekat.

Dimas Harsono adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button