![Pentolan Houthi Ancang-ancang: Jari Siap di Pelatuk Lawan Israel!](https://podme.id/wp-content/uploads/2025/02/Pentolan-Houthi-Ancang-ancang-Jari-Siap-di-Pelatuk-Lawan-Israel.jpeg)
Gerakan Houthi di Yaman kembali menegaskan komitmennya untuk melawan agresi Israel terhadap Gaza. Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh pemimpin mereka, Abdul Malik al-Houthi, gerakan tersebut menyatakan siap bertindak jika Tel Aviv kembali melancarkan serangan militer yang merugikan rakyat Palestina.
“Jari kami siap sedia di pelatuk, dan kami siap merespons langsung jika rezim Zionis mengintensifkan serangannya ke Gaza,” ungkap al-Houthi dalam siaran televisi yang dilansir oleh kantor berita Iran, IRNA, pada Rabu, 12 Februari 2025. Pernyataan ini mengindikasikan keseriusan Houthi dalam menanggapi potensi konflik yang dapat menimbulkan dampak besar bagi kawasan.
Menurut al-Houthi, Israel tidak hanya menghadapi tantangan militer, tetapi juga akan mengalami konsekuensi keamanan dan ekonomi jika kembali melakukan serangan. “Konsekuensi ini akan datang meskipun mereka didukung oleh Amerika Serikat,” tambahnya. Hal ini menyoroti ketegangan yang terus meningkat antara Houthi dan Israel, di tengah situasi politik yang sulit di Timur Tengah.
Pernyataan al-Houthi juga menanggapi rencana kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang diindikasikan ingin mengusir rakyat Palestina dari Jalur Gaza. Houthi berpendapat bahwa ambisi Trump dapat memicu lebih banyak konflik, dan menyebut upaya tersebut tidak hanya akan berlanjut di Gaza, tetapi dapat melibatkan pencaplokan situs-situs suci lainnya seperti Masjid Al-Aqsa serta Mekkah dan Madinah.
Dalam konteks ini, Houthi memperingatkan para pemimpin Arab yang mungkin bekerja sama dengan Amerika Serikat. Mereka diingatkan akan risiko ditinggalkan oleh AS ketika kepentingan Gedung Putih berubah. Inilah yang membuat situasi di Timur Tengah semakin tidak stabil, dengan berbagai kepentingan yang saling bertentangan.
Eskalasi ketegangan ini juga terlihat dari langkah-langkah militer yang diambil oleh Israel. Tercatat, pada 10 Februari 2025, Israel membatalkan cuti prajuritnya untuk Divisi Gaza dan meningkatkan status siaga di antara pasukannya, menandakan persiapan menghadapi kemungkinan situasi yang semakin buruk. Penguatan posisi ini menunjukkan bahwa keduanya, Houthi dan Israel, bersiap untuk merespons setiap perkembangan yang terjadi di lapangan.
Sebagai bagian dari strategi militer mereka, Houthi juga menekankan pentingnya solidaritas antara negara-negara di kawasan dan mendorong masyarakat internasional untuk mendukung perjuangan bangsa Palestina. “Kami akan berdiri teguh di samping rakyat Palestina dalam perjuangan mereka melawan penjajahan dan ketidakadilan,” tegas al-Houthi.
Dalam banyak kesempatan, Houthi telah menunjukkan kemampuan militernya melalui serangan-serangan yang terkoordinasi, dan kini mereka mengulangi kesiapannya untuk memperluas jangkauan respons mereka jika konflik kembali berkobar. Hal ini menambah kompleksitas dalam peta konflik yang sudah rumit di Timur Tengah, di mana peran masing-masing aktor sangat menentukan stabilitas kawasan.
Pernyataan Houthi ini juga menciptakan perhatian global, mengingat adanya dukungan militer dan politik dari berbagai negara, termasuk Iran. Dukungan ini sering kali memicu pro dan kontra di kalangan masyarakat internasional terkait dengan keberadaan dan aktivitas Houthi di Yaman serta kebijakan mereka terhadap negara-negara lain di kawasan, terutama Israel.
Dalam menjelang kemungkinan konflik yang baru, pengawasan internasional diharapkan dapat meningkat demi mengantisipasi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh ketegangan ini, terutama bagi penduduk sipil yang sering kali menjadi korban dalam setiap eskalasi yang terjadi. Diharapkan, langkah-langkah diplomatik dapat diambil untuk meredakan ketegangan dan mencegah terjadinya konflik berskala besar yang dapat berakibat fatal.