Kesehatan

Peran Keluarga dalam Deteksi Stunting dan Gizi Anak yang Optimal

Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi anak-anak di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, sekitar 21,6% anak di negara ini mengalami stunting, yang berarti satu dari lima anak mengalami gangguan pertumbuhan ini. Stunting berpotensi menghambat perkembangan fisik, kognitif, dan sosial anak, yang sangat penting untuk mendukung mereka sebagai generasi penerus bangsa.

Permasalahan stunting tidak hanya bersumber dari faktor ekonomi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terdekat anak. Dr. Novitria Dwinanda, SpA(K), seorang dokter spesialis anak, menyatakan bahwa pemahaman orang tua mengenai pentingnya gizi selama masa kehamilan dan pertumbuhan anak sangat mempengaruhi risiko stunting. Keluarga seringkali kurang memperhatikan kebutuhan gizi yang tepat dan tidak mengikuti praktik pemberian makanan yang benar, terutama dalam pemberian ASI dan makanan pendamping.

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting, antara lain:

  1. Rendahnya pemahaman orang tua tentang pentingnya gizi di awal masa kehidupan anak.
  2. Kurangnya pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin, yang seringkali diakibatkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dan akses terbatas ke fasilitas kesehatan.
  3. Menolak pada diagnosis dan rujukan ke rumah sakit, di mana banyak orang tua merasa malu atau menyangkal ketika anak terdiagnosa stunting.

Solusi untuk masalah ini adalah melalui intervensi yang melibatkan keluarga dan lingkungan terdekat anak. Tingkatkan pemahaman orang tua mengenai pentingnya pemantauan pertumbuhan dan pemberian nutrisi yang tepat. Dr. Novitria menekankan pentingnya skrining dan rujukan sebagai langkah awal dalam mendeteksi masalah ini. Skrining anak meliputi pengukuran tinggi dan berat badan serta penilaian status gizi agar dapat diambil tindakan cepat sebelum masalah berkembang lebih jauh.

Salah satu langkah konkret yang dilakukan oleh Sarihusada, bagian dari Danone Specialized Nutrition Indonesia, adalah peluncuran gerakan ‘Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS)’. Sejak tahun 2023, initiative ini telah melakukan skrining status gizi untuk lebih dari 8.000 anak di 50 lokasi di Indonesia. Upaya ini akan dilanjutkan dengan kampanye aksi "3 Langkah MAJU (3LM)" yang menargetkan untuk menjangkau satu juta anak pada tahun 2025.

Kampanye "3 Langkah MAJU" mengajak orang tua untuk:

  1. Mengukur tinggi dan berat badan anak secara rutin.
  2. Mengajak anak berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tepat.
  3. Memberikan nutrisi yang teruji secara klinis kepada anak.

Angelia Susanto, Healthcare Nutrition Marketing & Strategy Director Danone SN Indonesia, menyatakan bahwa melalui aksi skrining, pihaknya berharap bisa membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah stunting. Melalui upaya ini, diharapkan terdapat penanganan yang tepat agar anak-anak tidak mengalami dampak jangka panjang dari stunting yang bisa memengaruhi kualitas hidup mereka di masa depan.

Sebagai penutup, pentingnya peran keluarga dalam mendeteksi dan mencegah stunting sangatlah krusial. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan gizi anak dan tindakan proaktif untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, keluarga dapat membantu memperbaiki status gizi anak. Keberadaan program yang mendukung dan mengedukasi orang tua menjadi salah satu langkah strategis dalam menciptakan generasi yang sehat dan bebas dari stunting di Indonesia.

Dina Anggraini adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button