Perbedaan Anemia dan Darah Rendah: Gejala & Penyebabnya!

Anemia dan darah rendah, atau hipotensi, merupakan dua kondisi medis yang sering kali disamakan oleh masyarakat umum. Padahal, keduanya memiliki penyebab dan gejala yang berbeda. Memahami perbedaan antara kedua kondisi ini sangat penting, karena dapat berpengaruh pada penanganan yang tepat untuk masing-masing.

Anemia merupakan kondisi yang terkait dengan jumlah sel darah merah yang kurang atau adanya kelainan pada struktur sel darah merah. Dr. Frany Charisma, seorang dokter spesialis patologi klinik dari RS Paru Rotinsulu, menjelaskan bahwa ketika jumlah sel darah merah tidak mencukupi, oksigen yang diangkut ke seluruh tubuh juga berkurang. Hal ini dapat memicu gejala seperti kelelahan, kelemahan, dan rasa lunglai. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kadar hemoglobin normal bagi pria dewasa memiliki rentang sekitar 13 gram/dL. Jika kadar ini turun di bawah angka tersebut, seseorang dapat dikategorikan menderita anemia.

Sementara itu, darah rendah lebih berkaitan dengan tekanan darah dan merupakan kondisi yang cenderung lebih kompleks. Hipotensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kehilangan darah yang signifikan akibat kecelakaan atau menstruasi berkepanjangan. Dr. Frany juga mengungkapkan bahwa meskipun anemia bisa berkontribusi terhadap darah rendah, keduanya dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. “Tekanan darah dipengaruhi oleh kerja pompa jantung dan elastisitas pembuluh darah,” tambahnya.

Ada sejumlah gejala yang dapat membantu membedakan anemia dari darah rendah. Berikut adalah gejala yang umum ditemukan pada masing-masing kondisi:

Gejala Anemia:
1. Kelelahan yang berkepanjangan.
2. Kelemahan umum.
3. Pucat pada kulit dan selaput lendir.
4. Denyut jantung yang cepat.
5. Dizziness atau pusing.

Gejala Darah Rendah:
1. Pusing atau merasa melayang, terutama saat berdiri.
2. Mual atau keinginan untuk muntah.
3. Kebingungan mental.
4. Kelelahan.
5. Penglihatan kabur.

Masyarakat sering kali keliru dalam membedakan kedua kondisi ini, sebagian besar karena lebih mudah untuk mengukur tekanan darah dibandingkan dengan memeriksa kadar hemoglobin dalam darah. Dr. Frany memberikan penjelasan, “Darah rendah tidak menyebabkan anemia, karena penyebabnya berbeda. Namun, anemia berpotensi menurunkan tekanan darah.” Hal ini menegaskan bahwa meskipun kedua kondisi ini memiliki dampak kesehatan yang signifikan, penanganannya harus berbeda.

Dalam konteks demografi, lansia sering dianggap lebih rentan mengalami hipotensi. Dr. Frany menyatakan bahwa meskipun elastisitas pembuluh darah pada lansia menurun, hal ini tidak selalu berakibat pada hipotensi. Ia mengumpamakan pembuluh darah seperti selang air, di mana selang yang lebih kaku cenderung menghasilkan tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih elastis.

Dengan memahami perbedaan mendasar antara anemia dan darah rendah, masyarakat dapat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka. Penting bagi individu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis jika mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan salah satu kondisi tersebut. Pendaftaran melakukan tes darah untuk memeriksa kadar hemoglobin dan memantau tekanan darah secara rutin dapat menjadi langkah awal dalam pencegahan dan penanganan kedua kondisi ini. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar akan kondisi kesehatan mereka dan mengambil tindakan yang tepat.

Exit mobile version