![Perempuan Nelayan Tewas Diterkam Buaya, Konflik Aceh Singkil Berlanjut](https://podme.id/wp-content/uploads/2025/02/Perempuan-Nelayan-Tewas-Diterkam-Buaya-Konflik-Aceh-Singkil-Berlanjut.jpeg)
Konflik antara manusia dan buaya liar kembali mencuat di Aceh Singkil setelah seorang perempuan nelayan bernama Sawiyah, 67, ditemukan tewas diterkam buaya di aliran Sungai Singkil. Kejadian tragis ini mengingatkan kita akan risiko yang dihadapi oleh para nelayan yang beraktivitas di kawasan yang berbatasan langsung dengan habitat buaya.
Peristiwa nahas itu terjadi pada Sabtu, 8 Februari 2023, sekitar pukul 08.00 WIB. Sawiyah sedang mengangkat bubu perangkap udang di aliran sungai di kawasan Gampong (Desa) Rantau Gedang, Kecamatan Singkil. Sebagai seorang nelayan berpengalaman, Sawiyah diketahui memiliki sekitar 50 bubu yang rutin ia gunakan untuk mencari nafkah.
Saat mengangkat bubu ke-19, tiba-tiba seekor buaya besar muncul dan langsung menyerang. Situasi semakin mengkhawatirkan ketika anak perempuan Sawiyah, Ranistan, yang juga sedang berada di seberang sungai, hanya bisa menyaksikan peristiwa mengerikan tersebut tanpa mampu memberikan pertolongan. Rapatnya batas sungai, yang memiliki lebar sekitar 300 meter, membuat Ranistan tidak dapat menjangkau ibunya yang sedang diterkam.
“Ketika ibuku diterkam, saya hanya bisa berteriak meminta bantuan kepada warga,” kata Ranistan, menggambarkan momen memilukan itu. Warga desa yang mendengar teriakan Ranistan langsung berusaha untuk membantu, namun pencarian awal hampir tidak membuahkan hasil. Meskipun buaya yang menerkam muncul sekilas di permukaan air, setiap kali tim pencari mendekat, hewan itu akan menyelam dan menghilang.
Warga, yang dilengkapi perahu mesin dan speedboat, melanjutkan pencarian hingga malam hari. Namun, ketika penduduk mencoba mencari lebih dekat, buaya itu tetap tak dapat dijangkau. “Kadang buaya itu muncul ke permukaan setiap sepuluh menit, tetapi selalu segera menghilang jika kami mendekat,” ungkap Abdurasyid, salah satu warga yang turut mencari.
Pencarian baru membuahkan hasil sekitar pukul 01.30 WIB pada Minggu, 9 Februari, ketika buaya itu akhirnya pergi menuju pantai sungai. Dalam momen tersebut, jasad Sawiyah dilepaskan oleh buaya dan dievakuasi ke darat. Saat tiba, sayangnya, korban sudah tidak bernyawa dan ditemukan dengan kondisi tangan kirinya putus akibat gigitan buaya.
Keberadaan buaya liar di aliran Sungai Singkil bukanlah hal baru. Konsekuensi dari interaksi manusia dengan alam ini memunculkan daftar panjang insiden serupa. Dalam konteks ini, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
1. Tingginya populasi buaya liar di Sungai Singkil menambah risiko bagi nelayan yang mengambil bagian dalam aktivitas harian di sungai ini.
2. Ketidakpastian dan kurangnya tindakan mitigasi terhadap konflik manusia-buaya sering kali berujung pada tragedi.
3. Masyarakat yang tinggal di sekitar sungai sering kali tidak memiliki pengetahuan dan akses terhadap langkah-langkah pencegahan yang efektif terhadap serangan buaya.
4. Perlunya kolaborasi antara pemerintah, lembaga perlindungan satwa, dan masyarakat untuk mengedukasi mengenai cara aman beraktivitas di area berisiko tinggi.
Setelah insiden ini, banyak kalangan berharap agar pemerintah daerah dan pihak terkait segera meninjau kembali kebijakan perlindungan dan pengelolaan populasi buaya liar. Edukasi mengenai cara pencegahan konflik ini menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko serupa terulang di masa mendatang. Masyarakat juga diharapkan lebih proaktif dalam mengadopsi metode aman saat beraktivitas di dekat lingkungan yang menjadi habitat hewan buas ini. Tragedi yang menimpa Sawiyah adalah pengingat akan tantangan yang harus dihadapi manusia dalam beradaptasi dengan takdir alam.