
Menteri Keuangan Sri Mulyani menanggapi keputusan lembaga pemeringkat Fitch Ratings yang mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level ‘BBB’ dengan outlook stabil, yang diambil berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan pada awal Februari lalu. Dalam pernyataannya, Sri Mulyani menegaskan bahwa keputusan ini mencerminkan kepercayaan terhadap kebijakan ekonomi yang sedang diterapkan di Indonesia.
“Afirmasi peringkat oleh Fitch ini menjadi bukti konkret bahwa kebijakan di Indonesia terus terjaga dengan baik,” ujar Sri Mulyani, seperti dilansir dari Antara. Peringkat yang stabil menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih berada pada jalur yang positif, meskipun ada beberapa tantangan yang harus dihadapi.
Beberapa faktor yang mendukung penilaian Fitch terhadap Indonesia meliputi:
Stabilitas Ekonomi: Fitch mencatat bahwa stabilitas ekonomi Indonesia dan terjaganya rasio utang pemerintah menjadi poin kekuatan. Dalam kondisi ini, pemerintah diharapkan dapat menjaga defisit fiskal yang diproyeksikan sedikit melebar menjadi 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini.
Komitmen terhadap Fiskal: Meskipun defisit di atas 2 persen, perhatian besar Fitch adalah pada komitmen pemerintah dalam meningkatkan mobilisasi pendapatan dan efisiensi pengeluaran, yang diharapkan dapat menurunkan rasio utang pemerintah menjadi 39,1 persen dari PDB pada tahun 2028.
- Pertumbuhan PDB: Fitch memperkirakan bahwa PDB riil Indonesia pada tahun ini akan tumbuh sebesar 5 persen, didorong oleh konsumsi domestik yang kuat. Belanja pemerintah untuk bantuan sosial, infrastruktur, serta pertumbuhan investasi swasta turut berperan dalam pencapaian ini.
Sri Mulyani menekankan bahwa secara keseluruhan, pertumbuhan investasi dan hilirisasi berkelanjutan menjadi aspek penting dalam mendukung ekonomi nasional. Meskipun demikian, Fitch juga memperingatkan adanya risiko yang dapat menghambat pertumbuhan Indonesia, terutama pada tahun 2026 mendatang. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah dinamika eksternal, seperti penurunan permintaan impor dari China serta kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Amerika Serikat.
Dalam konteks ini, Fitch juga menyoroti pembentukan dana kekayaan negara yang dikenal sebagai Danantara. Meskipun Danantara bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan dan peningkatan investasi, Fitch mengingatkan pemerintah untuk waspada terhadap potensi risiko kewajiban kontijensi yang mungkin timbul dari proyek tersebut.
Di sisi lain, Fitch meyakini bahwa terdapat potensi peningkatan peringkat kredit Indonesia di masa depan. Hal ini sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk meningkatkan rasio pendapatan secara signifikan serta mengurangi kerentanan terhadap faktor eksternal.
Seluruh hasil asesmen serta pernyataan Sri Mulyani ini menunjukkan bahwa Indonesia tetap optimis dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Dengan menjaga kebijakan fiskal yang hati-hati dan berkomitmen pada pertumbuhan yang berkelanjutan, pemerintah berharap dapat memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional dan meningkatkan kepercayaan investor.
Sementara itu, dalam konteks kebijakan ekonomi makro, langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk memperkuat perekonomian juga akan terus diperhatikan, terutama dalam upaya meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Dengan demikian, stabilitas peringkat kredit ini dapat menjadi modal berharga dalam menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia.