Dalam dua hari terakhir, permintaan gas elpiji 3 kg atau gas subsidi di Kabupaten Banyumas, khususnya di Kelurahan Kecamatan Purwokerto Selatan, mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini diduga disebabkan oleh fenomena panic buying, yang muncul lantaran kesulitan warga di daerah lain untuk memperoleh pasokan gas elpiji 3 kg.
Mumpuni, seorang pengecer berusia 50 tahun di Kecamatan Purwokerto Selatan, mengungkapkan bahwa meskipun permintaan tinggi, ia tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh pasokan gas. Dalam satu hari, Mumpuni menerima pasokan dari pangkalan terdekat sekitar 13 hingga 15 tabung gas. Ia menyebutkan bahwa pada hari Senin, ia menerima dua kali pengiriman, yaitu sembilan tabung di pagi hari dan empat tabung di sore hari. “Setiap hari dipasok, jadi di daerah ini tidak sulit,” ujar Mumpuni.
Namun, ia mencatat bahwa dalam dua hari terakhir, permintaan gas elpiji melon meningkat tajam. “Orang cenderung panic buying, mungkin karena melihat di daerah lain sulit mendapatkan gas. Begitu datang, langsung habis. Hari ini sudah kosong 15 tabung lagi,” kata Mumpuni dengan cemas. Dia juga menambahkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan para pembeli, ia berencana meminta tambahan pasokan gas melon sebanyak 15 tabung kepada pihak pangkalan, yang sudah berjanji akan mengirimkan pasokan hari ini.
Mumpuni memasarkan gas elpiji 3 kg dengan harga jual Rp22.500 per tabung. Ia memperkirakan bahwa masyarakat lebih mementingkan ketersediaan barang daripada harga. “Sebenarnya, kalau masyarakat yang penting ada barangnya, mudah didapat. Soal harga tidak masalah,” tuturnya. Dia menambahkan, pengecer seperti dirinya bisa melayani pembeli kapan pun, bahkan jam 04.00 WIB sudah banyak yang datang mencari gas.
Kondisi peningkatan permintaan ini juga mencerminkan ketidakpastian yang dialami oleh warga di berbagai daerah lain. Ketika mendengar adanya kesulitan untuk memperoleh gas, banyak orang yang berusaha membeli lebih banyak dari yang mereka butuhkan, menyebabkan kelangkaan di pasar.
Panic buying menjadi fenomena yang umum terjadi di kalangan masyarakat ketika ada kekhawatiran akan kelangkaan suatu barang. Dalam kasus ini, momen panic buying yang terjadi di Banyumas bisa disebabkan oleh berita tentang kesulitan mendapatkan gas di daerah lain, seperti yang terjadi di beberapa wilayah di Bali, di mana pihak SPBU bahkan mewajibkan pembelian gas menggunakan KTP untuk mencegah penimbunan.
Catatan dari para pengecer menunjukkan bahwa hal ini bukan hanya terjadi di Banyumas, melainkan juga menjalar ke daerah lain. Dengan terus bertambahnya permintaan, para pengecer dan pangkalan gas harus segera menanggapi situasi ini untuk memastikan ketersediaan pasokan gas elpiji 3 kg tetap stabil.
Secara keseluruhan, krisis kelangkaan gas elpiji melon di beberapa daerah menyebabkan masyarakat Banyumas lebih cenderung untuk membeli dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini bisa berdampak pada penyediaan gas dan harga di pasaran lokal. Dengan banyaknya pengecer yang merasakan lonjakan permintaan, penting untuk bagi seluruh pihak terkait untuk saling berkoordinasi agar pasokan bisa kembali normal dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa menimbulkan kepanikan lebih lanjut. Apalagi, saat ini, keberadaan gas elpiji 3 kg menjadi faktor penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama bagi mereka yang mengandalkan sumber energi ini untuk memasak.