Perseteruan antara Khabib Nurmagomedov dan Conor McGregor menjadi salah satu rivalitas paling terkenal dalam sejarah Ultimate Fighting Championship (UFC). Rivalitas ini tidak hanya tentang pertarungan di dalam oktagon, tetapi juga melibatkan insiden dan ketegangan luar biasa di luar arena. Perseteruan ini bermula menjelang UFC 223 yang diadakan pada April 2018. Ketika itu, Khabib terlibat dalam insiden dengan Artem Lobov, rekan McGregor. Khabib menampar Lobov, yang memicu reaksi drastis dari McGregor.
Sebagai tindak balas, McGregor menyerang bus yang membawa Khabib dan timnya saat berada di New York, melemparkan troli dan tempat sampah. Tindakan ini menarik perhatian besar media dan publik, menambah ketegangan yang telah terbangun antara kedua petarung. Insiden ini menjadi salah satu momen paling dramatis dalam sejarah UFC, dan menciptakan dasar bagi salah satu pertarungan paling ditunggu-tunggu.
Puncak rivalitas ini terjadi pada 6 Oktober 2018, ketika keduanya bertemu di T-Mobile Arena, Las Vegas, pada acara UFC 229. Dalam pertarungan tersebut, Khabib berhasil mengalahkan McGregor melalui teknik submission di ronde keempat. Kemenangan ini bukan hanya menambah rekor tak terkalahkan Khabib menjadi 27-0, tetapi juga mengukuhkan posisinya sebagai salah satu petarung terhebat dalam sejarah Mixed Martial Arts (MMA). Namun, apa yang terjadi setelah pertarungan berakhir menjadi sorotan utama. Khabib melompat pagar oktagon untuk menyerang Dillon Danis, rekan McGregor, yang memicu kerusuhan di luar arena. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa rivalitas ini tidak hanya sekedar pertarungan, tetapi juga sebuah pertunjukan drama yang melibatkan penonton dan media.
Keberhasilan UFC 229 dalam mencetak angka penjualan luar biasa juga tak bisa diabaikan. Acara tersebut mencapai angka 2,4 juta pembelian pay-per-view, menjadikannya salah satu yang terlaris dalam sejarah UFC. Angka ini mencerminkan daya tarik luar biasa dari perseteruan Khabib dan McGregor, yang berhasil menyedot perhatian dunia.
Namun, di tengah ketegangan dan emosi yang terus meningkat, Khabib mengumumkan niatnya untuk mengakhiri rivalitas ini pada Januari 2025. Dalam sebuah wawancara, Khabib memuji dukungan Irlandia terhadap Palestina dan menekankan bahwa rivalitas dalam olahraga harusnya tidak menghalangi nilai-nilai kemanusiaan. Pernyataan ini mengejutkan banyak pihak, terutama mengingat kisah perseteruan yang panas sebelumnya. Hal ini menunjukkan dimensi baru dari rivalitas ini, yang kini melibatkan elemen budaya dan politik yang lebih luas.
Meskipun Khabib tampak ingin mengakhiri perseteruan tersebut, McGregor baru-baru ini kembali memicu ketegangan dengan unggahan ancaman kepada Khabib. Tindakan ini segera memancing kemarahan para penggemar UFC, bahkan banyak yang menyebut McGregor sebagai “pecundang mengerikan”. Dalam pandangan publik, meskipun Khabib telah berupaya untuk meredakan ketegangan, McGregor sepertinya belum sepenuhnya siap untuk melanjutkan ke fase baru dalam hubungan mereka.
Beberapa poin penting dalam rivalitas ini meliputi:
1. Kronologi Perseteruan: Awal dari insiden di UFC 223 hingga pertarungan di UFC 229.
2. Kemenangan Khabib: Rekor tak terkalahkan dan situasi pasca-pertarungan yang kontroversial.
3. Angka Penjualan Tinggi: 2,4 juta pembelian di UFC 229.
4. Dimensi Baru: Khabib mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan di tengah rivalitas.
5. Reaksi McGregor: Ancaman terbaru yang memicu reaksi dari penggemar.
Meskipun rivalitas ini mungkin telah mengalami beberapa momen tenang seiring berjalannya waktu, ketegangan antara Khabib dan McGregor tetap menjadi sorotan. Fans UFC di seluruh dunia tetap menunggu perkembangan selanjutnya dari rivalitas yang telah memberikan banyak drama dan intrik ini. Jelas bahwa perseteruan ini lebih dari sekedar pertarungan; ini adalah sebuah fenomena yang telah mengguncang dunia olahraga dan budaya pop.