Bisnis

Pertamina Kuasai 96% Pasar BBM Indonesia, Apa Dampaknya?

Pertamina Patra Niaga mengumumkan bahwa mereka mengendalikan sebagian besar pasar Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia dengan pangsa pasar mencapai 95 hingga 96%. Hal ini dinyatakan oleh Pelaksana Tugas Harian Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, saat memberikan paparan kepada media di Grha Pertamina, Jakarta, pada Selasa (3/3/2025). Dengan dominasi ini, Pertamina mengambil peran penting dalam memenuhi kebutuhan BBM masyarakat dari Sabang hingga Merauke.

Produksi BBM di dalam negeri masih belum bisa memenuhi permintaan nasional sepenuhnya. Dalam penjelasannya, Simon Aloysius Mantiri, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), menjelaskan bahwa sekitar 40% dari konsumsi BBM masyarakat dipenuhi dengan impor minyak mentah. Selain itu, sekitar 42% dari produk kilang juga diimpor dari luar negeri. Simon menekankan pentingnya proses ini demi memastikan ketahanan energi untuk masyarakat Indonesia.

1. Produksi dan Impor BBM
– Produksi minyak mentah dalam negeri tidak mencukupi.
– Pertamina mengimpor 40% minyak mentah dan 42% produk kilang untuk memenuhi kebutuhan nasional.
– Impor diperlukan untuk menjamin ketahanan energi di masyarakat.

Namun, dominasi Pertamina di pasar BBM juga diwarnai dengan isu-isu serius dalam tata kelola perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir, dugaan korupsi dalam pengelolaan minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina dan kontrak-kontrak kerja sama telah mencuat. Sejak tahun 2018 hingga 2023, terjadi sejumlah kasus yang merugikan perusahaan dan masyarakat.

2. Masalah Tata Kelola
– Dugaan korupsi pada pengadaan produk kilang di Pertamina menciptakan tantangan besar.
– Pertamina telah membentuk Tim Crisis Center untuk mengevaluasi dan memperbaiki tata kelola perusahaan.
– Komitmen mereformasi tata kelola menjadi salah satu prioritas Pertamina.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi di mana ia diduga melakukan pemesanan bahan bakar RON 92 tetapi hanya menyediakan RON 90, yang kemudian diproses menjadi RON 92. Modus ini menimbulkan kekhawatiran mengenai integritas dan kualitas BBM yang disuplai Pertamina, khususnya produk Pertamax.

3. Kualitas dan Kepercayaan Publik
– Dugaan penyimpangan dalam pengadaan produk BBM membawa kekhawatiran tentang kualitas bahan bakar.
– Lemigas melakukan uji sampel dan menyatakan bahwa semua sampel BBM memenuhi spesifikasi pemerintah.
– Pengujian dilakukan di berbagai lokasi, termasuk SPBU di Jakarta dan sekitarnya.

Menyusul isu-isu tersebut, Simon menjelaskan langkah-langkah yang diambil perusahaan untuk meningkatkan transparansi dan memperbaiki sistem pengelolaan. Komitmen ini tidak hanya penting untuk menjaga kepercayaan publik tetapi juga untuk memastikan bahwa Pertamina dapat melayani kebutuhan energi masyarakat dengan lebih baik di masa mendatang.

Dengan pangsa pasar yang signifikan dan tantangan yang dihadapi, Pertamina terus berusaha untuk menjadi penyuplai energi yang handal di Indonesia. Langkah-langkah untuk reformasi dalam tata kelola serta upaya memastikan kualitas produk adalah bagian dari strategi perusahaan untuk memelihara keberlanjutan bisnis sekaligus memenuhi harapan masyarakat sebagai penyedia BBM nasional.

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button