Petani Banjar Diimbau Tunda Tanam Padi Antisipasi Puso Banjir

PEMERINTAH Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengimbau para petani untuk menunda proses penanaman padi. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap ancaman gagal panen (puso) yang dapat terjadi akibat cuaca buruk dan banjir yang melanda sejumlah wilayah. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Banjar, Warsita, menekankan pentingnya tindakan tersebut saat memberikan keterangan kepada media pada Jumat (31/1).

"Sebagian wilayah dalam kondisi banjir dan diperkirakan akan berlangsung lama, sehingga kami menghimbau agar petani di daerah yang rawan banjir untuk menunda kegiatan tanam," ungkapnya. Himbauan ini bertujuan untuk mencegah kerugian lebih lanjut yang mungkin dialami petani, mengingat banyaknya lahan yang kini terendam.

Saat ini, di Kabupaten Banjar terdapat sekitar 8.000 hektare lahan pertanian yang terpengaruh oleh banjir dan sekitar 124 hektare dari lahan tersebut telah dinyatakan puso. Selain itu, sebanyak 45 ribu benih setara 400 hektare juga mengalami gagal tanam, sehingga situasi ini menjadi sangat memprihatinkan bagi para petani.

Warsita menyarankan agar petani menunggu hingga akhir musim penghujan pada bulan April untuk melakukan penanaman. Dengan demikian, mereka bisa berharap untuk melakukan panen sekitar bulan Juli. Sementara itu, untuk jenis padi lokal, masa panen diharapkan dapat dilakukan pada bulan September hingga Oktober. Warsita menambahkan, untuk memastikan keberlanjutan produksi, pihaknya berencana meningkatkan indeks pertanaman menjadi dua kali setahun.

Di tengah tantangan ini, diperkirakan ada sekitar 40 ribu hektare lahan pertanian sawah yang terendam di berbagai daerah sentra produksi padi, termasuk Kecamatan Martapura Barat, Martapura Timur, Sungai Tabuk, Gambut, dan Cintapuri. Kabupaten Banjar sendiri dikenal sebagai salah satu sentra produksi padi utama di Kalimantan Selatan, dengan produksi yang diproyeksikan sejumlah 142 ribu ton pada tahun 2024.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman, menyatakan bahwa banjir yang meluas dan berlangsung lama ini dapat mempengaruhi target swasembada pangan pemerintah. Menurutnya, lebih dari 4.000 hektare tanaman padi saat ini terendam banjir, dan banyak di antaranya merupakan tanaman baru yang ditanam.

Sebagai langkah antisipasi, pemerintah daerah setempat juga melakukan beberapa langkah tambahan dalam rangka menjaga ketahanan pangan di tengah situasi ini, antara lain:

  1. Koordinasi dengan petani: Pemerintah melakukan komunikasi intensif dengan para petani untuk memastikan mereka mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi cuaca dan sebaiknya menunggu hingga situasi aman sebelum melakukan penanaman.

  2. Pencarian alternatif: Meneliti potensi untuk bercocok tanam jenis lain yang lebih tahan terhadap banjir, agar petani tidak sepenuhnya tergantung pada padi.

  3. Bantuan dan dukungan: Memberikan bantuan kepada petani terdampak, baik berupa dana maupun alat pertanian, untuk membantu mereka memulihkan ekonomi setelah terdampak banjir.

  4. Peningkatan infrastruktur: Merencanakan pembangunan infrastruktur seperti saluran irigasi yang lebih baik untuk mengurangi risiko banjir di masa mendatang.

Dengan adanya langkah-langkah tersebut, diharapkan petani di Kabupaten Banjar dapat lebih siap menghadapi tantangan yang ada, serta tetap menjaga produksi pangan yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Keberlangsungan sektor pertanian sangat penting, terutama di saat kondisi cuaca ekstrem seperti sekarang ini.

Exit mobile version