Pinjaman Warga di PayLater dan P2P Lending Meningkat Jelang Lebaran

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan bahwa pinjaman melalui layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau PayLater, serta industri pinjaman peer-to-peer (P2P) lending, akan mengalami peningkatan signifikan menjelang Lebaran. Proyeksi ini didasarkan pada tren yang terlihat di tahun-tahun sebelumnya dan melibatkan sejumlah data yang mendukung.

Menjelang Lebaran pada April 2024, OJK memperkirakan outstanding pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan akan meningkat sebesar 31,45% secara tahunan (year on year / YoY). Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan bulan Maret 2024, yang mengalami kenaikan sebesar 23,90% YoY. Sementara itu, pembiayaan di sektor P2P lending juga diprediksi meningkat, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 24,16% YoY pada bulan April, naik dari 21,85% YoY pada bulan sebelumnya.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menyampaikan bahwa dengan menjamurnya platform digital, peningkatan permintaan akan pembiayaan BNPL dan P2P lending diharapkan turut mewarnai momen belanja masyarakat menjelang Lebaran. "Namun, kami berharap bahwa peningkatan ini tetap terkendali agar tidak menimbulkan lonjakan Non-Performing Financing (NPF) di masa mendatang," ujarnya.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pertumbuhan kedua sektor ini, berikut adalah beberapa data terkini:

  1. Pembiayaan PayLater:

    • Per Januari 2025, total pembiayaan mencapai Rp7,12 triliun.
    • Pertumbuhan YoY mencapai 41,9%, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Desember 2024 yang mencatat pertumbuhan 37,6%.
    • Tingkat NPF gross tercatat di angka 3,37%, masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan OJK, yaitu 5%.
  2. Industri P2P Lending:
    • Outstanding pembiayaan per Januari 2025 tumbuh 29,94% YoY, dengan nominal mencapai Rp78,50 triliun.
    • Pertumbuhan ini lebih tinggi daripada yang tercatat pada Desember 2024, yang berada di angka 29,14% YoY.
    • Tingkat risiko kredit macet (Tingkat Wanprestasi 90 Hari / TWP90) tetap stabil di posisi 2,52%.

Agusman menambahkan bahwa meskipun terjadi pertumbuhan pesat pada sektor paylater dan P2P lending, tingkat pembiayaan bermasalah tetap terjaga stabil. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat terhadap layanan pembiayaan ini masih tinggi. Salah satu faktor utama adanya pergeseran perilaku konsumen adalah peningkatan transaksi digital, terutama dalam pembelian produk melalui e-commerce, yang semakin berkembang pesat.

Penyerapan produk finansial seperti PayLater dan P2P lending menggambarkan adaptasi masyarakat terhadap inovasi digital serta kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi finansial. Dengan semakin banyaknya platform yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi, hal ini tentunya mempengaruhi pola belanja masyarakat, terutama menjelang hari besar seperti Lebaran.

Masyarakat diharapkan bijak dalam menggunakan layanan keuangan ini, meskipun aksesnya semakin mudah. Kesadaran akan pentingnya manajemen keuangan yang baik perlu ditanamkan agar tidak terjebak dalam utang. Dengan tren yang terus menunjukkan pertumbuhan positif, pengawasan dan regulasi dari OJK juga menjadi kunci untuk memastikan industri ini tetap sehat dan berkelanjutan.

Seiring dengan datangnya Lebaran, kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan layanan finansial digital diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karena itu, para pelaku industri diharapkan dapat menyediakan produk yang tidak hanya menarik, tetapi juga aman dan bertanggung jawab.

Berita Terkait

Back to top button