
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengonfirmasi pada Senin, 17 Maret 2025, bahwa salah satu ponsel dan alamat emailnya telah diretas. Pernyataan ini disampaikan terkait laporan yang diberitakan oleh The New York Times, yang menyebutkan ponsel Presiden Sheinbaum dihack tidak lama setelah negara tersebut mengumumkan penyerahan 29 anggota kartel narkoba kepada otoritas Amerika Serikat.
Dalam konferensi pers, Sheinbaum mengakui kebenaran laporan tersebut, mengatakan, "Ya, mereka meretas ponsel saya. Mereka meretas ponsel dan akun email saya. Apple segera menghubungi Badan Transformasi Digital (Departemen Telekomunikasi Meksiko), yang dengan cepat menyadari peretasan tersebut, dan mengambil tindakan yang tepat, lalu segera meninjaunya."
Ponsel yang diretas merupakan nomor lama yang tidak lagi digunakan oleh Sheinbaum untuk urusan pribadi maupun profesional. Sebelumnya, perangkat tersebut dipakai sebagai delegasi lingkungan Tlalpan di Mexico City sebelum Sheinbaum mencalonkan diri dan terpilih sebagai presiden. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas peretasan tersebut.
Menurut informasi lebih lanjut, ponsel tersebut telah dikenal luas oleh warga Mexico City dan sempat menjadi berita di media lokal setahun lalu sebelum pemilihan umum bulan Juni 2024. Meksiko saat ini tengah berupaya memperkuat keamanan siber, terutama setelah beberapa insiden peretasan yang melibatkan pejabat pemerintahan. Ini menjadi salah satu fokus utama pada era digital, di mana ancaman siber semakin meningkat.
Sebagai langkah awal, ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggapi situasi ini:
- Menghubungi Badan Transformasi Digital untuk tindakan preventif selanjutnya.
- Melakukan investigasi untuk mengidentifikasi siapa yang berada di balik peretasan.
- Meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan siber di kalangan pejabat dan publik.
- Memperketat penggunaan perangkat pribadi dalam urusan pemerintahan.
Sheinbaum menekankan bahwa meski ponselnya pernah diretas, dia merasa tidak ada data sensitif yang bocor, mengingat ia telah mengganti nomor telepon dan menjaga jadwal yang aman setelah pelanggaran tersebut. "Siapa yang meretasnya? Kami tidak tahu, mereka sedang menyelidikinya, sulit untuk mengetahuinya," ujar Sheinbaum.
Kejadian ini mengingatkan kembali akan pentingnya keamanan data bagi politisi dan pejabat pemerintahan. Dengan meningkatnya angka serangan siber di seluruh dunia, para pemimpin negara dituntut untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan teknologi digital. Meksiko, yang pada tahun lalu mengalami serangan siber besar terhadap instansi pemerintah, kini harus mengambil langkah lebih lanjut untuk memastikan integritas data dan keamanan informasi.
Beberapa langkah yang bisa diambil untuk meningkatkan keamanan siber mencakup:
- Penyuluhan tentang praktik penggunaan teknologi yang aman kepada pegawai pemerintah.
- Penerapan sistem autentikasi ganda untuk akses ke akun penting.
- Investasi dalam perangkat keamanan siber yang lebih maju.
- Penyelenggaraan simulasi serangan siber untuk melatih respon cepat terhadap insiden.
Kasus peretasan ponsel dan email Presiden Sheinbaum menggambarkan betapa rentannya data digital di era saat ini. Di tengah meningkatnya ketegangan politik dan kegiatan kriminal, pemimpin-pemimpin dunia perlu bekerja sama untuk menciptakan solusi yang lebih baik untuk melindungi informasi sensitif dan menjaga perdamaian di lingkungan digital. Meksiko akan terus berfokus pada upaya penyelidikan guna mengidentifikasi pihak yang berperan dalam serangan ini dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang.