
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memberikan pandangan terbuka mengenai pasar modal dalam sebuah pertemuan dengan enam pemimpin redaksi media nasional di Hambalang. Dalam diskusi yang tayang dalam program ‘Tanpa Sensor’ di tvOne, Prabowo berbicara tentang kondisi pasar modal dan reaksi pasar terhadap faktor eksternal, termasuk pengumuman terkait tarif impor oleh Presiden AS, Donald Trump.
Prabowo memulai menjelaskan bahwa dinamika pasar modal tidak bisa dipisahkan dari mekanisme pasar yang lebih luas. “Pasar modal itu adalah pasar saham, dipengaruhi mekanisme pasar. Kadang-kadang naik, kadang-kadang turun, ada siklus dan itu berjalan,” ujarnya. Ia menekankan karakteristik pasar saham yang bersifat fluktuatif dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan luar negeri negara lain.
Ketika ditanya tentang potensi penurunan pasar modal seiring dengan adanya pengumuman tarif impor dari AS yang dapat berdampak negatif di berbagai bursa global, Prabowo memilih untuk tidak menghubungkan dampak tersebut secara langsung dengan kebijakan domestik. Ia mengingatkan bahwa investasi di pasar modal berbeda dengan investasi langsung, seperti pembangunan pabrik yang memiliki jangka waktu pengembalian yang lebih panjang.
“Orang yang masuk pasar saham, dia itu cari untung secepat-cepatnya. Ini kalau kita bedakan dengan direct investment, bedanya adalah ini cari untung cepat,” jelas Prabowo. Menurutnya, investasi jangka panjang seperti pabrik, distribusi, dan pemasaran lebih stabil dan tidak semata-mata berpatokan pada fluktuasi harga saham harian.
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo juga menunjukkan keyakinan terhadap kekuatan fundamental ekonomi Indonesia. “Fundamental Indonesia kuat dan punya kekuatan untuk investasi,” tegasnya. Ia mencatat bagaimana sering kali isu penurunan pasar modal menjadi berita utama, sementara ketika pasar naik, respons dari masyarakat cenderung sepi.
Prabowo merujuk pada penurunan pasar saham di AS sebagai contoh bagaimana dinamika global dapat memengaruhi kondisi ekonomi. “Tapi pandangannya Trump, oh enggak. Ini iya (turun) tapi pada saatnya akan naik lagi, karena dia melakukan hal-hal yang dia anggap akan memperkuat ekonomi Amerika,” paparnya, menunjukkan bahwa bahkan bagi negara dengan ekonomi besar sekalipun, adanya ketidakstabilan adalah hal yang biasa.
Selanjutnya, Prabowo mengajak masyarakat untuk tidak merasa rendah diri dan percaya pada kekuatan bangsa Indonesia. Ia berpendapat bahwa Indonesia sebenarnya memiliki keunggulan dalam hal inflasi, yang dinilai lebih rendah dibandingkan banyak negara lainnya. “Inflasi kita adalah yang terendah di dunia dan banyak negara lain ingin belajar dengan kita,” kata Prabowo, menekankan pentingnya keberanian untuk menghadapi tantangan.
Selain itu, Prabowo juga menyoroti tantangan yang dihadapi Indonesia dalam 30 tahun terakhir, di mana dia merasa ada banyak blunder yang perlu dikoreksi. “Kita koreksi diri sebagai bangsa. Selama 30 tahun ini, kita banyak melakukan blunder,” ujarnya. Dia mengingatkan bahwa masalah ekonomi bukanlah tanggung jawab satu individu, melainkan hasil dari berbagai keputusan yang diambil sepanjang waktu.
Dalam pandangannya, Prabowo meyakinkan bahwa Indonesia memiliki posisi yang baik untuk bertahan dan berkembang meskipun ada ketidakpastian di pasar global. “Saya tidak terlalu takut dengan pasar modal, karena kita punya kekuatan,” ucapnya, diharapkan bisa menginspirasi kepercayaan diri masyarakat dalam menghadapi tantangan ekonomi yang ada.
Dengan pernyataan-pernyataan tersebut, Prabowo tidak hanya menunjukkan sikap optimisnya terhadap masa depan ekonomi Indonesia, tetapi juga mengharapkan publik untuk lebih kritis dan memahami konteks yang lebih luas dalam perkembangan pasar. Pendekatan ini diharapkan bisa membangun kepercayaan dalam masyarakat dan mendorong partisipasi aktif di dalam pasar modal.