Dunia

Presiden Baru Suriah Tampil Perdana Bareng Istri Sambil Tunaikan Umrah via Turki

Kegiatan Umrah yang dilakukan oleh Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa bersama istrinya, Latifa al-Daroubi, telah menarik perhatian publik dan menuai respons luas dari masyarakat. Keduanya terlihat melakukan ibadah Umrah di Mekah, yang merupakan perjalanan luar negeri pertama al-Sharaa sejak resmi menjabat sebagai Presiden Suriah. Dalam penampilan ini, mereka menjadi sorotan media sosial, di mana banyak publikasi menunjuk pada kemunculan Latifa yang dikenal memiliki profil publik yang rendah.

Kemunculan pasangan ini terekam dalam sebuah video yang dibagikan secara luas. Dalam video tersebut, al-Daroubi dan al-Sharaa tampak berpakain ibadah Umrah, memasuki Kakbah bersama pada hari Senin yang lalu. Banyak netizen menyebutkan, momen ini menjadi simbol baru dalam era kepemimpinan al-Sharaa, di mana dia untuk pertama kalinya memperkenalkan istrinya kepada publik dengan jelas.

Latar belakang al-Daroubi sebagai istri presiden juga mendapatkan perhatian tersendiri. Dalam sebuah pertemuan minggu lalu dengan delegasi wanita Suriah dari Amerika Serikat, al-Sharaa secara tegas memperkenalkan Latifa dan menepis rumor tentang keberadaan istri lainnya. Dalam pernyataannya, al-Sharaa menyatakan bahwa dia "sangat mencintai" Latifa, yang menurutnya merupakan satu-satunya istri. Hal ini menambah kehangatan pada suasana pertemuan yang membahas situasi diaspora Suriah, di mana kehadiran Latifa memberi nuansa baru.

Berikut beberapa poin penting terkait kemunculan al-Sharaa dan Latifa dalam ibadah Umrah:

  • Penampilan Perdana: Ini merupakan jalinan pertama bagi publik untuk melihat Latifa al-Daroubi berperan sebagai Ibu Negara, sejak suaminya meningkat menjadi Presiden Suriah.

  • Deskripsi Istri Presiden: Seorang aktivis Suriah, Reem al-Bazm, menyebutkan Latifa sebagai sosok yang "baik hati, tenang, cantik, percaya diri, dan terpelajar".

  • Pengakuan Al-Sharaa: Dalam forum yang dihadirinya bersama delegasi wanita, al-Sharaa menggarisbawahi pentingnya peran istri dalam keluarga, menekankan bahwa perempuan di Suriah memiliki kedudukan yang sejajar dan berdaya.

  • Warisan Keluarga: Keluarga Latifa memiliki reputasi yang signifikan di Suriah, melahirkan banyak tokoh ulama, termasuk Sheikh Abdul Ghafar al-Daroubi, mengenang jalinan awal yang kuat dalam komunitas mereka.

Sikap al-Sharaa yang memperkenalkan Latifa dalam konteks sosial dan politik membawa nuansa baru yang mencerminkan tradisi Suriah. Menurut al-Bazm, penggambaran media sering kali menyimpangkan kenyataan tentang peran perempuan, di mana wanita di Suriah tidak hanya dianggap sebagai pendamping, tetapi juga sebagai pilar dalam struktur keluarga.

Sebagai catatan penting, aksi Umrah ini pula mencerminkan tradisi keagamaan yang kuat di kalangan pemimpin Arab, di mana banyak dari mereka melakukan perjalanan spiritual yang diharapkan dapat mendatangkan berkah bagi pemerintahan mereka. Kehadiran al-Sharaa dan Latifa di tempat suci juga dinilai dapat mendekatkan publik kepada pemerintah, serta memberikan harapan baru dalam konteks keharmonisan dan stabilitas.

Kegiatan keagamaan seperti ini tidak hanya menjadi ritual pribadi bagi para pemimpin, melainkan juga menciptakan simbolisme politik yang kuat di mata rakyat. Menurut beberapa analis, langkah al-Sharaa ini dapat memperkuat citra kepemimpinannya di kancah domestik serta meningkatkan hubungan sosial dengan komunitas yang lebih luas.

Seiring dengan perjalanan al-Sharaa dan Latifa dalam ibadah Umrah, harapan masyarakat bertumbuh untuk melihat perubahan yang positif dan kemajuan yang nyata di bawah kepemimpinan baru mereka, yang diharapkan tidak hanya berlandaskan pada kekuasaan melainkan juga kasih dan kepedulian terhadap rakyat.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button