JAKARTA – Agendakan momentum regenerasi dalam organisasi, Kongres Muslimat NU XVIII yang berlangsung di Surabaya pada 11-16 Februari 2025 dijadwalkan akan dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto. Kehadiran Presiden diharapkan dapat memotivasi para kader, khususnya generasi muda di Muslimat NU, untuk mengambil peran aktif dalam kepengurusan organisasi ke depannya.
Ketua PW Muslimat NU DKI Jakarta, Hizbiyah Rochim, menyatakan bahwa kongres ini bukan hanya ajang formalitas, melainkan juga sebagai wahana untuk mencari pemimpin baru yang mampu meneruskan estafet organisasi. “Kongres adalah ajang tertinggi dalam organisasi yang dilakukan secara berkala. Kami berharap kader-kader muda Muslimat yang tersebar di berbagai tempat bisa muncul dan didukung oleh konstituen kongres,” ungkap Hizbiyah dalam acara pelatihan kepemimpinan di Jakarta.
Dalam pernyataannya, Hizbiyah juga menyoroti pentingnya regenerasi di kepengurusan pasca-kongres. Ia mengusulkan beberapa nama kader potensial yang layak menjadi Ketua Umum Muslimat NU mendatang, antara lain:
1. Siti Aniroh Slamet Effendy
2. Ulfah Mashfufah
3. Zannuba Arifah Chafsoh Wahid
4. Arifah Choiri Fauzi
Hizbiyah percaya bahwa banyak kader yang memiliki kemampuan dan potensi untuk memimpin organisasi. “Muslimat NU memiliki banyak kader yang mumpuni dan multi talenta di berbagai bidang. Kalau diberi kesempatan, saya yakin mereka mampu,” tegas Hizbiyah.
Kongres ini juga dipandang sebagai ajang konsolidasi kader. Pelatihan kepemimpinan yang berlangsung sebelum kongres juga bertujuan untuk memperkuat sumber daya manusia (SDM) Muslimat NU. Menurut Hizbiyah, kegiatan ini menjadi momentum silaturahim dan pengkaderan agar para kader siap terjun di tengah masyarakat.
Siti Aniroh, sebagai wakil dari PP Muslimat NU, menekankan pentingnya pelatihan kepemimpinan ini. “Kegiatan ini adalah ruang untuk menciptakan kader-kader andal yang siap melakukan dakwah serta memperkuat nilai-nilai ahlussunnah waljamaah,” jelasnya. Ia juga berharap agar pelatihan semacam ini dapat dilakukan secara berkala.
Dalam konteks lebih luas, Muslimat NU tengah mengupayakan kerja sama dengan berbagai kementerian untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan gizi. “Tantangan ke depan akan semakin berat. Kami berharap kader muda Muslimat bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan,” kata Hizbiyah menambahkan.
Kongres ini diharapkan tidak hanya sekadar menjadi acara seremonial, tetapi juga menjadi langkah konkret untuk penciptaan pemimpin masa depan yang siap menghadapi tantangan zaman. Dengan kehadiran Presiden Prabowo Subianto, diharapkan sinergi antara pemerintah dan organisasi masyarakat sipil seperti Muslimat NU semakin erat, demi kemajuan bersama.
Melalui kongres ini, Muslimat NU bertujuan memperkuat kehadirannya di ruang publik, termasuk di ranah digital. Ini menjadi langkah strategis untuk mendukung dakwah dan meningkatkan nilai-nilai yang dijunjung, menyiapkan kader-kader yang tak hanya mampu beradaptasi tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam masyarakat.
Dengan keberagaman kader dan semangat regenerasi yang diusung dalam Kongres XVIII ini, Muslimat NU berambisi untuk meningkatkan perannya sebagai organisasi perempuan Muslim yang berdaya saing dan relevan dengan perkembangan zaman.