
Mogadishu, Somalia – Dalam sebuah insiden yang menggemparkan, Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud berhasil selamat dari upaya pembunuhan setelah konvoinya menjadi target bom yang diduga dilakukan oleh kelompok militan Shabaab. Serangan tersebut terjadi di ibu kota Somalia, Mogadishu, pada pagi hari Selasa, 18 Maret 2025, ketika presiden baru saja meninggalkan istana dan menuju bandara.
Kelompok Shabaab dalam pernyataan resmi mereka di Telegram, mengklaim bahwa mereka menargetkan konvoi presiden dan mengekspresikan kebanggaan atas serangan tersebut. Para saksi mata melaporkan bahwa ledakan mengguncang Jalan Hamar-Jajab, merusak bangunan-bangunan di sekitarnya dan menghancurkan beberapa kendaraan. Meskipun dampak serangan tersebut cukup besar, Presiden Mohamud dilaporkan tidak mengalami luka dan melanjutkan perjalanan ke negara bagian Hirshabelle.
Kementerian Informasi Somalia mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menyebabkan banyak korban jiwa, dengan laporan lokal mencatat sedikitnya 10 orang tewas, termasuk tujuh pengawal presiden. “Pasukan keamanan sedang melakukan penyelidikan menyeluruh. Rincian korban akan diumumkan pada waktunya,” kata pernyataan resmi kementerian. Tampaknya serangan ini merupakan bagian dari serangkaian upaya kelompok Shabaab untuk menggulingkan pemerintah yang sah di Somalia.
Shabaab, yang secara teratur melakukan serangan di Somalia, telah berusaha merebut kembali kekuasaan di negara tersebut. Meskipun mereka telah diusir dari Mogadishu oleh pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika pada tahun 2011, kelompok ini masih memiliki kendali atas sejumlah wilayah di selatan dan tengah Somalia. Beberapa jam setelah serangan yang menargetkan Mohamud, media pemerintah menampilkan gambar presiden di Adan Yabal, wilayah Hirshabelle, di mana militer Somalia sedang mempersiapkan serangan besar terhadap Shabaab.
Insiden ini bukanlah yang pertama kalinya bagi Presiden Mohamud sebagai target serangan. Pada tahun 2012, kelompok ini melancarkan bom bunuh diri di hotel tempat Mohamud dan pejabat lainnya berkumpul, dan dua tahun kemudian, pada 2014, terjadi invasi bersenjata ke istana presiden yang menewaskan sekitar 10 orang. Upaya pembunuhan terbaru ini terjadi hanya sepekan setelah serangan Shabaab lainnya di sebuah hotel di Beledweyne, yang merupakan lokasi penting untuk pertemuan pejabat saat merencanakan aksi militer melawan militan.
Menanggapi situasi tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam keras serangan bom ini dan menegaskan dukungannya terhadap pemerintah Somalia dalam melawan ancaman terorisme. Komunitas internasional diharapkan untuk memperkuat upaya guna mendukung stabilitas di Somalia, terutama dalam konteks meningkatnya serangan militan.
Kondisi keamanan di Somalia masih dinamis dan mengecewakan, dengan Shabaab terus melancarkan taktik teror yang mengancam keselamatan masyarakat. Dengan meningkatnya bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok militan, tantangan bagi Somalia dalam mencapai perdamaian yang berkelanjutan semakin besar. Upaya-upaya internasional bisa menjadi kunci untuk membantu Somalia menghadapi ancaman ini dan berusaha menciptakan stabilitas yang diperlukan untuk pembangunan jangka panjang di negara yang telah lama dilanda konflik ini. Keberhasilan Presiden Mohamud untuk tetap selamat dari serangan ini hanya menyoroti betapa pentingnya keamanan dan perhatian yang perlu diberikan kepada pemimpin untuk menjaga stabilitas negara.