Pria Indonesia Jadi WNA Pertama Lolos Tes Sopir Bus Jepang, Gajinya?

Seorang pria bernama Iyus asal Indonesia akan mencatatkan sejarah sebagai sopir bus asing pertama yang berstatus pekerja terampil khusus di Jepang. Memasuki masa kerja sejak April mendatang, Iyus yang berusia 40 tahun ini akan mengemudikan bus wisata untuk sebuah perusahaan transportasi di Tokyo. Keberhasilan Iyus untuk menjadi sopir bus ini merupakan langkah besar, mengingat Jepang baru-baru ini melakukan revisi terhadap undang-undang kontrol imigrasi, yang membuka peluang baru bagi pekerja asing di sektor transportasi jalan raya.

Revisi undang-undang tersebut secara resmi menambahkan sektor transportasi, termasuk taksi dan bus, ke dalam kategori pekerja terampil khusus. Uji kelayakan untuk posisi ini dilakukan di bulan Desember tahun lalu. Dari seluruh peserta ujian, Iyus adalah satu-satunya orang asing yang berhasil lulus, menunjukkan kemampuan dan keterampilan yang luar biasa dalam bidang yang sangat kompetitif ini.

“Saya merasa ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan, bisa menjadi pengemudi profesional di negara lain. Saya bertekad untuk mengemudikan bus dengan aman sehingga dapat memberikan layanan yang nyaman bagi pelanggan,” ungkap Iyus penuh semangat kepada wartawan.

Kepala unit bus dan kereta api Ryobi Group, Ogami Shinji, merupakan salah satu pihak yang menyambut baik kehadiran Iyus. Dia menyatakan harapannya bahwa Iyus dapat memenuhi kebutuhan layanan transportasi, terutama bagi wisatawan internasional yang semakin meningkat di Jepang. “Iyus akan menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhan wisatawan internasional karena Jepang melihat lonjakan jumlah pengunjung dari luar negeri,” tambah Shinji.

Menariknya, gaji yang diterima oleh sopir bus di Jepang juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Berdasarkan data yang ada, penghasilan sopir bus di negeri sakura ini berkisar antara 3 juta hingga 4 juta Yen per tahun, yang setara dengan Rp321,3 juta hingga Rp428 juta. Ini menunjukkan bahwa profesi ini bukan hanya menjanjikan di segi pengalaman, tetapi juga secara finansial cukup menguntungkan.

Dalam konteks global, langkah Iyus menjadi sopir bus di Jepang menjadi contoh bagaimana reformasi peraturan imigrasi dapat membuka akses bagi tenaga kerja asing. Hal ini penting, terutama di era di mana berbagai negara bersaing untuk menarik dan mempertahankan pekerja berkualitas.

Keberhasilan Iyus juga merefleksikan kemampuan dan profesi pengemudi bus, yang sering kali dianggap krusial dalam mendukung layanan pariwisata di Jepang, yang merupakan salah satu tujuan wisata populer di dunia. Dengan bertambahnya sopir terampil seperti Iyus, diharapkan dapat mengurangi shortage tenaga kerja di sektor ini, sekaligus meningkatkan kualitas layanan transportasi.

Dengan banyaknya aspek positif yang dapat diambil dari kisah Iyus, diharapkan hal ini akan memotivasi tenaga kerja asing lainnya untuk mengambil langkah berani dalam meraih impian mereka di luar negeri. Semangat bekerja keras dan komitmen terhadap profesi dapat menginspirasi banyak orang, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara lain.

Perjalanan Iyus sebagai sopir bus di Jepang tentunya bukan hanya sebagai pencapaian pribadi, tetapi juga simbol pembukaan kesempatan baru bagi individu lain dari berbagai negara untuk berkontribusi dalam menghadapi tantangan global di sektor transportasi.

Exit mobile version