Hiburan

Rating Film A Business Proposal Hanya 1,2! Cancel Culture Terjadi?

Film “A Business Proposal” yang diadaptasi dari drama Korea dengan judul serupa kini terpuruk di layar lebar Indonesia. Setelah hanya dua hari penayangan, film ini menuai kontroversi dan meraih rating yang sangat rendah, yakni 1,2/10 di IMDb. Anjloknya rating ini tak lepas dari fenomena cancel culture yang membuat netizen beramai-ramai memberikan penilaian buruk, terutama pasca pernyataan sang aktor utama, Abidzar Al Ghifari.

Kejadian ini berawal ketika Abidzar, putra mendiang Ustaz Jefri Al Buchori, membuat komentar yang dianggap merendahkan penggemar drama Korea. Dalam wawancara, ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak menonton versi asli drama tersebut dan berusaha untuk mengembangkan karakternya secara independen. Ucapan tersebut memicu kemarahan di kalangan pecinta K-drama, yang merasa dihina, sehingga berimbas kepada keputusan mereka untuk tidak menonton film ini.

Sejak awal penayangan, “A Business Proposal” mengalami kesulitan menarik penonton. Data dari akun X (@cinepoint_) menyebutkan bahwa film ini hanya berhasil menarik sekitar 6.900 penonton pada hari pertama tayangnya dari 1.270 layar di bioskop. Angka ini menunjukkan ketertinggalan signifikan jika dibandingkan dengan film lokal lainnya seperti “Petaka Gunung Gede” dan “1 Kakak 7 Ponakan,” yang lebih berhasil menarik perhatian penonton.

Diskusi tentang rating film ini semakin ramai di sosial media, di mana banyak netizen membandingkan “A Business Proposal” dengan film-film lain yang juga mendapat rating rendah, seperti “Bisikan Jenazah” dengan 3,8/10 dan “Ashiap Man” yang mendapat 2,8/10. Namun, penilaian 1,2/10 ini terbilang mencolok dan menjadi perhatian luas, bahkan diulas di berbagai platform berita.

Berbagai pendapat dan tanggapan muncul di tengah gelombang penolakan terhadap film ini. Banyak netizen yang memutuskan untuk memberikan rating rendah sebagai bentuk protes terhadap Abidzar. Salah satu pengguna X menulis, “Kami tidak akan mendukung film yang dibintangi oleh seseorang yang memiliki sikap merendahkan penggemar.” Ucapan Abidzar yang menyebut penggemar drama Korea sebagai ‘fanatik’ semakin memperkuat persepsi negatif terhadapnya di kalangan peminat film.

Sikap Abidzar pun semakin membuat Ariel Tatum, lawan mainnya, merasa perlu mengingatkannya untuk lebih berhati-hati dalam berbicara mengenai penggemar. Tak lama setelah itu, Abidzar menyampaikan permintaan maaf, tetapi respons netizen tampaknya tidak berkurang. Banyak dari mereka menegaskan bahwa penilaian terhadap film bukan sekadar masalah akting atau cerita, tetapi lebih kepada sikap aktor yang mencerminkan penghargaan atau tidak terhadap penonton.

Dengan situasi ini, “A Business Proposal” menjadi salah satu contoh nyata dari dampak cancel culture di industri film. Film ini bukan hanya menjadi sorotan karena konten dan aktor, tetapi juga karena dinamika sosial yang mengelilinginya. Para pengamat industri menilai bahwa pernyataan dari Abidzar dapat menjadi pelajaran berharga bagi para aktor bahwa menjaga hubungan baik dengan penonton adalah hal yang tak boleh diabaikan.

Di tengah kritik yang terus membanjir, “A Business Proposal” menghadapi tantangan berat untuk rebound. Penurunan rating yang signifikan dapat mempengaruhi lama tayangnya di bioskop, serta pendapatan yang dihasilkan. Dalam industri hiburan yang semakin dipengaruhi oleh interaksi netizen, satu tindakan ceroboh dapat berakibat fatal, seperti yang dialami film ini saat ini.

Intan Permatasari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button