Indonesia

Rawan Krisis Pupuk: Efek Dominonya Ancam Program Pemerintah

Krisis pupuk di Indonesia semakin menjadi perhatian penting dalam mendukung program ketahanan pangan yang menjadi prioritas pemerintah. Permintaan pupuk yang tinggi sejalan dengan program-program seperti Food Estate dan Makan Bergizi Gratis yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto. Namun, kenyataannya, Indonesia tengah menghadapi potensi krisis pupuk akibat rendahnya produksi gas alam yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan pupuk.

Berdasarkan data dari Youth Energy & Environment Council (YeC), kebutuhan pupuk di Indonesia mencapai sekitar 24 juta ton per tahun. Sementara itu, produksi domestik hanya mampu memenuhi sekitar 14 juta ton per tahun, meninggalkan gap sekitar 10 juta ton. "Peningkatan produksi domestik dan program subsidi oleh pemerintah akan membantu menutupi gap tersebut," ungkap Tepy Septyana, Anggota Dewan Pakar YeC.

Keterkaitan antara kebutuhan pupuk dan program pemerintah sangat jelas. Program Makan Bergizi Gratis dan Food Estate diharapkan meningkatkan produktivitas pangan, yang secara langsung berdampak pada volume kebutuhan pupuk. Dalam konteks ini, krisis pupuk berpotensi merugikan pencapaian program-program tersebut jika tidak ditangani dengan baik.

Senada dengan itu, Tepy menekankan bahwa permintaan pupuk juga akan meningkat seiring dengan perkembangan sektor pertanian, baik untuk lahan yang sudah ada maupun yang baru dibuka. Ia menegaskan pentingnya gas alam dalam produksi pupuk. "Gas alam adalah sumber energi sekaligus bahan baku utama dalam proses pembuatan pupuk di Indonesia," jelasnya.

Menghadapi tantangan ini, peningkatan produksi gas nasional perlu dilakukan agar suplai pupuk dapat terpenuhi. Diperlukan tambahan hampir 1 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) gas alam untuk mendukung produksi pupuk pada tahun 2030. "Program eksplorasi dan pengembangan lapangan-lapangan gas alam harus ditingkatkan," kata Tepy. Kolaborasi antara pemerintah sebagai regulator, BUMN, dan swasta sebagai operator juga menjadi kunci dalam memenuhi kebutuhan gas nasional yang mendukung peningkatan produksi pupuk.

Beberapa langkah penting harus diambil guna mengatasi krisis pupuk ini:

  1. Peningkatan Produksi Domestik Pupuk: Upaya untuk menambah kapasitas produksi pupuk domestik agar bisa menyuplai kebutuhan yang terus meningkat.

  2. Subsidi Pupuk: Menetapkan dan memperkuat program subsidi pupuk yang dapat membantu petani dalam mendapatkan akses yang lebih mudah terhadap pupuk.

  3. Pengembangan Gas Alam: Melakukan eksplorasi dan pengembangan lapangan gas alam baru untuk memastikan pasokan gas yang cukup bagi industri pupuk.

  4. Kolaborasi Stakeholder: Membangun sinergi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta untuk mengoptimalkan produksi dan distribusi pupuk.

  5. Inovasi Teknologi Pertanian: Mengimplementasikan teknologi terbaru dalam pertanian untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.

Melihat potensi pertumbuhan sektor pertanian yang didorong oleh kebijakan pemerintah, kebutuhan pupuk akan semakin mendesak di masa mendatang. Dengan program-program seperti Food Estate dan Makan Bergizi Gratis, peran pupuk menjadi semakin vital. Untuk mencapainya, sinergi antarpihak yang terlibat serta kebijakan yang proaktif menjadi sangat penting.

Krisis pupuk yang berpotensi mengganggu program ketahanan pangan ini tidak bisa dianggap remeh, dan setiap langkah yang diambil harus dilakukan dengan penuh perencanaan dan pertanggungjawaban. Jika tidak, dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat, terutama petani yang menjadi ujung tombak dalam penyediaan pangan nasional.

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button