Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) baru-baru ini meluncurkan teknologi Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7 yang menjanjikan kecepatan internet mencapai 46 Gbps. Peluncuran ini diharapkan dapat membawa Indonesia lebih dekat kepada target kecepatan rata-rata internet fixed broadband yang ditetapkan yaitu 100 Mbps. Dengan adanya teknologi baru ini, kecepatan dan stabilitas koneksi internet di seluruh ceruk pengguna di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan.
Komdigi menargetkan kecepatan internet rata-rata untuk fixed broadband di Indonesia mencapai 100 Mbps, sebagai langkah untuk mendukung berbagai kegiatan masyarakat yang kini semakin bergantung pada konektivitas internet yang cepat dan stabil. Koneksi internet fixed broadband sendiri, yang didasarkan pada jaringan fiber optic, memiliki keunggulan yaitu kualitas jaringan yang lebih stabil meskipun bersifat tidak fleksibel karena tidak bisa dipindahkan secara sembarangan. Beberapa operator seluler yang menyediakan layanan ini antara lain Biznet, Indihome, XL, First Media, dan My Republic.
Berdasarkan data Ookla pada Desember 2024, kecepatan internet di Indonesia berada pada angka yang masih perlu ditingkatkan. Untuk mobile broadband, kecepatan unduh mencapai 28,8 Mbps dan unggah 13,48 Mbps, sementara untuk fixed broadband, kecepatan unduh mencapai 32,07 Mbps dan unggah 20,24 Mbps. Dengan angka-angka ini, sangat jelas bahwa masih terdapat jurang yang cukup signifikan antara kecepatan internet yang ada saat ini dengan target yang ingin dicapai.
Untuk mendukung pencapaian target tersebut, Komdigi merencanakan lelang spektrum frekuensi 1,4 GHz tahun ini. “Kami telah melakukan konsultasi publik,” ungkap Plt Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit, dan Standardisasi Infrastruktur Digital, Adis Alifiawan. Dengan pemanfaatan frekuensi yang lebih efisien, diharapkan penetrasi internet di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang masih minim akses, dapat meningkat.
Berikut adalah beberapa data terkait kecepatan internet di Indonesia:
-
Mobile broadband:
- Unduh: 28,8 Mbps
- Unggah: 13,48 Mbps
- Latensi: 24 ms
- Fixed broadband:
- Unduh: 32,07 Mbps
- Unggah: 20,24 Mbps
- Latensi: 8 ms
Tingkat penetrasi fixed broadband di Indonesia juga menunjukkan angka yang masih jauh dari optimal. Berdasarkan data Komdigi pada tahun 2024, tingkat penetrasi tersebut baru mencapai 21,31% dari total 69 juta rumah tangga. Untuk itu, lelang pita frekuensi 1,4 GHz dianggap prioritas, meskipun sebelumnya ada rencana untuk melelang spektrum 700 MHz dan 26 GHz.
Lelang frekuensi 1,4 GHz akan dialokasikan untuk mendukung layanan internet rumah, pendidikan, dan kesehatan yang direncanakan digelar pada akhir Februari. Hal ini diharapkan bisa memberikan akses internet yang terjangkau, dengan harga layanan dipasarkan antara Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per bulan.
Sementara itu, kehadiran Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7 menawarkan teknologi yang beroperasi di pita frekuensi 6 GHz, memberikan kecepatan hingga 46 Gbps dengan latensi rendah. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk mengunduh data dengan kecepatan yang sangat tinggi, contohnya, pengguna bisa mengunduh sebanyak 86 film HD dalam waktu se menit. Dengan kapasitas yang mengesankan ini, Indonesia diharapkan bisa menjadi salah satu pionir dalam teknologi Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7 di wilayah Asia Pasifik.
Menteri Komdigi, Meutya Hafid, menyatakan bahwa peluncuran ini merupakan langkah maju yang penting untuk meningkatkan kualitas koneksi internet di Indonesia. Dengan spektrum 6 GHz yang baru dibuka, diharapkan akan ada peningkatan signifikan dalam kecepatan dan keandalan koneksi internet, yang akan mendukung berbagai sektor kehidupan masyarakat, mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Ini menjadi harapan baru untuk pemberdayaan masyarakat melalui teknologi yang lebih baik.