Indonesia

Rocky: Kapasitas Menteri Prabowo Jauh Ketinggalan SBY dan Soeharto

Kinerja menteri dalam Kabinet Prabowo disebutkan memiliki kurangnya kapasitas dalam menghadapi tantangan yang ada, sehingga dinilai tidak memadai dalam mengantisipasi serta menerapkan strategi mitigasi terhadap kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Hal ini disampaikan oleh pengamat politik Rocky Gerung yang memberikan kritik tajam terhadap kinerja pemerintah saat ini. Dalam pandangannya, banyak hal yang perlu diperbaiki, termasuk sejumlah menteri yang seharusnya memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai manajemen kebijakan.

Salah satu fenomena yang menjadi sorotan adalah antrean masyarakat yang terjadi akibat perubahan peraturan terkait penyediaan gas elpiji 3 kg. Rocky menyoroti bahwa perubahan kebijakan tersebut seharusnya disiapkan sejak awal dengan matang, termasuk penyiapan strategi mitigasi yang memadai. Ia menyatakan, “Jadi terlihat bagaimana menteri-menteri Pak Prabowo itu tidak becus dan tidak punya kapasitas atau tidak punya strategi mitigasi.” Ia menegaskan bahwa pemerintah seharusnya bisa belajar dari pengalaman di masa lalu, mengingat kinerja menteri saat ini jauh tertinggal dibandingkan era kepemimpinan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Soeharto.

Rocky membandingkan kinerja menteri saat ini dengan kemampuan SBY dalam menangani krisis. Menurutnya, dalam era SBY, permasalahan seperti krisis bisa diatasi dengan lebih cepat, sementara di bawah kepemimpinan Prabowo, para menteri tampak kesulitan dalam menangani masalah yang ada. Ia menegaskan bahwa, “Beberapa menteri itu kelihatannya memang, ya kurang kalau kita bandingkan misalnya dengan zaman Pak SBY, ada krisis dengan mudah diatasi.”

Lebih jauh lagi, Rocky menjelaskan bahwa di masa Soeharto, tidak pernah terjadi antrean seperti yang terjadi saat ini untuk mendapatkan bahan pokok. Ia mencatat bahwa di zaman Orde Baru, kebutuhan dasar masyarakat diprioritaskan, sehingga semua kebutuhan dasar, termasuk energi, tersedia dengan baik. Rocky menekankan pentingnya penyediaan energi sebagai kebutuhan mendasar yang harus bisa diakses setiap saat oleh masyarakat.

Rocky kembali mengingatkan bahwa situasi saat ini mempengaruhi ritme kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada energi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Emak-emak bisa masak untuk warung, jam 3 pagi sudah belanja segala macam, jadi perubahan ekonomi keluarga itu justru menyebabkan seluruh perencanaan keluarga itu berantakan,” ungkap Rocky. Ia juga mengingatkan bahwa terganggunya suplai energi dapat berakibat pada perubahan ritme kehidupan masyarakat yang lebih luas.

Dalam analisisnya, Rocky menyatakan bahwa perubahan kebijakan harus disertai dengan pengaturan kembali akses yang mungkin terdampak oleh kebijakan tersebut. Ia mengusulkan agar menteri-menteri dalam kabinet Prabowo perlu mendapatkan pelatihan ulang untuk meningkatkan kemampuan strategis mereka dalam menghadapi tantangan yang ada. “Begitu banyak menteri di kabinet pertama Pak Prabowo ini yang mestinya ditatar ulang,” tegas Rocky.

Rocky juga menilai bahwa pendekatan yang digunakan oleh beberapa menteri saat ini kurang tepat. Ia merekomendasikan agar dilaksanakan reshuffle untuk mengganti menteri yang dianggap tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. “Diajarin oleh orang asing tentang konsep-konsep manajemen modern juga nggak paham-paham, jadi memang harus diganti ini banyak menteri, di reshuffle,” harap Rocky.

Dengan kritik tersebut, jelas bahwa ada harapan bagi reformasi dalam struktur kabinet untuk meningkatkan kemampuan dan efektivitas dalam menangani isu-isu vital yang tengah dihadapi masyarakat. Di tengah tantangan energi dan kebutuhan dasar masyarakat lainnya, kinerja pemerintah saat ini terus diawasi, dan tuntutan perbaikan semakin mendesak.

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button