Bisnis

Rupiah Menguat Pagi Ini, Bos Fed Berikan Sentimen Positif

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan yang signifikan pada pembukaan perdagangan pagi ini, Rabu, 12 Februari 2025. Rupiah menguat sebesar 25 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp 16.358 per dolar AS. Kenaikan ini terjadi di tengah sentimen positif yang berhembus setelah pernyataan Gubernur Federal Reserve (Fed), Jerome Powell, yang mempengaruhi arah pasar global.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang mematok rupiah di angka Rp 16.380 per dolar AS, analisis pasar menunjukkan adanya harapan untuk penguatan lebih lanjut. "Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang terkoreksi setelah dalam pidato Powell semalam," ungkap Lukman Leong, analis dari Doo Financial Futures, kepada Podme.id.

Dalam pidato tersebut, Powell menyampaikan posisi Fed yang hawkish, namun tidak ada kejutan signifikan yang dapat mengubah prospek suku bunga di masa depan. Menurut Lukman, meskipun sikap hawkish itu jelas, pasar sudah memperhitungkan sebelumnya sehingga tidak menyebabkan lonjakan yang dramatis. Ia menambahkan, suku bunga Fed diperkirakan akan tetap turun sekitar 35 basis poin hingga akhir tahun.

Prediksi untuk pergerakan rupiah hari ini diperkirakan akan berkisar di antara Rp 16.300 hingga Rp 16.400. “Sentimen positif ini dapat meningkatkan kepercayaan diri pasar terhadap rupiah,” katanya. Adanya pemulihan di bursa saham Asia yang tersengat oleh kenaikan Wall Street juga menjadi faktor pendukung bagi penguatan rupiah.

Dari sisi teknologi dan informasi ekonomi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan terkait penguatan rupiah ini:

  1. Pernyataan Gubernur Fed: Pernyataan Powell yang memberikan kejelasan mengenai kebijakan moneter menjadi pendorong utama bagi penguatan mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah.

  2. Proyeksi Suku Bunga: Stabilitas dan proyeksi suku bunga yang tetap rendah di AS memberikan ruang bagi mata uang lain untuk mengalami perbaikan.

  3. Sentimen Pasar: Ada sinyal positif yang terlihat dari bursa saham global yang berimbas pada penguatan aset-aset berisiko, termasuk rupiah.

  4. Kondisi Ekonomi Domestik: Stabilitas ekonomi domestik dan pengendalian inflasi juga berkontribusi pada kepercayaan investor terhadap rupiah.

  5. Pergerakan Harga Komoditas: Kenaikan harga komoditas seperti minyak dan batu bara yang menjadi salah satu sumber pendapatan negara juga memberikan dampak positif.

Di sisi lain, penting untuk tetap waspada. Meskipun adanya kondisi yang mendukung, ketidakpastian global masih menjadi tantangan bagi stabilitas rupiah. Kebijakan perdagangan yang ketat dari negara-negara besar, terutama AS, dapat membawa dampak jangka panjang terhadap ekonomi negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dengan penguatan ini, banyak pelaku pasar berharap bahwa momentum positif ini akan terus berlanjut. Investor dalam negeri diharapkan tidak hanya menunggu keputusan kebijakan moneter tetapi juga memperhatikan faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar.

Seiring dengan perkembangan ini, banyak yang berharap bahwa rupiah dapat terus menguat dan bersaing secara positif dengan mata uang lainnya, mengingat pangsa pasar yang luas dan potensi investasi yang masih terbuka lebar. Dari sini, analisis lebih dalam akan terus dilakukan untuk merespons segala perubahan yang terjadi di pasar global dan domestik.

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button