
Rusia mengumumkan pemindahan aset properti senilai USD28,7 miliar atau sekitar Rp470,1 triliun milik perusahaan asing ke dalam kendali negara. Pernyataan ini disampaikan oleh Jaksa Agung Rusia, Igor Krasnov, yang menekankan langkah tersebut sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kontrol terhadap aset strategis setelah meningkatnya ketegangan internasional akibat perang Ukraina.
Krasnov menjelaskan bahwa proses penyitaan ini telah berlangsung sejak konflik di Ukraina pecah pada Februari 2022. "Secara total, melalui pengadilan, kami telah memulihkan properti senilai lebih dari 2,4 triliun rubel untuk mendukung negara," ujar Krasnov dalam pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin baru-baru ini. Meskipun demikian, ia tidak membahas secara rinci mengenai waktu pelaksanaan penyitaan tersebut.
Langkah Rusia untuk menyita aset asing tidak hanya berdampak pada perusahaan tertentu tetapi juga menjangkau berbagai sektor. Dalam beberapa bulan terakhir, pengadilan Rusia telah mengeluarkan keputusan untuk menyerahkan berbagai jenis aset kepada negara. Contoh yang cukup mencolok antara lain:
Perusahaan Bijih Biji-Bijian Terkemuka: Salah satu sektor yang dipandang strategis. Penyitaan ini memberikan kontrol kepada negara atas rantai pasokan makanan yang kian penting di tengah krisis.
Bandara Domodedovo, Moskow: Bandara ini merupakan salah satu pintu gerbang utama ke ibu kota Rusia. Dengan pengalihan kendali, pemerintah berusaha memastikan keamanan operasional dan pengelolaan infrastruktur penting.
Aset Gudang Strategis: Penyitaan aset gudang yang memiliki peran penting dalam logistik dan distribusi barang.
- Produsen Seng dan Timah: Sektor pertambangan juga tidak luput dari perhatian, dengan aset-aset penting yang sekarang berada di bawah kendali negara.
Krasnov menambahkan bahwa pemilik perusahaan asing banyak yang meraup keuntungan dari kegiatan bisnis di Rusia namun tidak berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan infrastruktur lokal serta pajak. Meskipun tidak menyebutkan nama perusahaan yang terlibat, pernyataannya memberi gambaran jelas terkait langkah Rusia dalam mengamankan kepentingannya di tengah sanksi dan tekanan dari negara Barat.
Semenjak perang dimulai, perusahaan-perusahaan asing mengalami tekanan besar. Banyak dari mereka yang menghadapi risiko tinggi terkait perilaku penyitaan aset. Sesuai dengan pernyataan resmi, penanganan terhadap aset asing ini dilakukan di bawah naungan stabilitas strategis dan keamanan domestik. Rusia tampaknya memanfaatkan momen ini untuk memperkuat kontrol terhadap sektor-sektor yang dianggapkan vital bagi perekonomian nasional.
Proses penyitaan ini merupakan bagian dari langkah besar untuk mengubah peta kekuatan ekonomi di dalam negeri, memberikan Rusia kesempatan untuk membangun kemandirian ekonomi. Selain itu, dengan aset senilai Rp470,1 triliun yang beralih ke tangan negara, Rusia berupaya untuk memanfaatkan potensi yang ada secara maksimal, disertai dengan kemampuan untuk mengelola pasokan dan infrastruktur yang menjadi tulang punggung perekonomian.
Dalam rangka mendukung kebijakan ini, otoritas Rusia diharapkan tetap berfokus pada pengembangan sektor-sektor strategis, termasuk energi, transportasi, dan pengolahan sumber daya alam. Pengalihan aset ini menjadi penanda bagi pergeseran dinamika dalam investasi asing serta kolaborasi internasional yang mungkin berkurang di Rusia.
Ke depan, langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Rusia mungkin akan menjadi sorotan bagi banyak pengamat internasional, yang mencermati dampak dari pengambilalihan ini terhadap hubungan Rusia dengan negara-negara Barat serta kemampuannya untuk beradaptasi dalam menghadapi sanksi yang terus berlanjut. Dengan kondisi ini, masa depan investasi asing di Rusia bisa menghadapi tantangan yang lebih besar seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik.