Rusia Siap Gencatan Senjata dengan Ukraina, Syaratkan AS Penuhi Ini!

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa negaranya bersedia mempertimbangkan usulan gencatan senjata yang diajukan oleh Amerika Serikat dalam upaya menyelesaikan konflik yang telah berkepanjangan dengan Ukraina. Dalam sebuah konferensi pers di Moskow, Putin menekankan bahwa penghentian pertempuran harus mampu mengatasi akar permasalahan yang menyebabkan konflik tersebut, dan bukan sekadar menjadi jeda sementara.

“Kami setuju dengan usulan untuk menghentikan permusuhan, tetapi kami melihat pentingnya gencatan senjata ini untuk dapat mengarah pada perdamaian jangka panjang dan menghilangkan penyebab awal dari krisis ini,” ujarnya. Pernyataan ini menjadi titik balik penting mengingat sebelumnya hubungan antara Rusia dan Ukraina telah sangat tegang sejak terjadinya konflik bersenjata pada tahun 2014.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga menyatakan kesiapan negaranya untuk menyetujui gencatan senjata selama 30 hari. Hal ini disampaikan setelah pertemuannya di Jeddah, Arab Saudi, yang melibatkan delegasi tinggi dari AS, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz. Zelenskyy menjelaskan bahwa meskipun belum ada jaminan keamanan yang diumumkan, topik gencatan senjata telah menjadi salah satu fokus diskusi.

Kremlin juga menyampaikan bahwa delegasi Amerika Serikat akan melakukan pembicaraan langsung dengan perwakilan Rusia di Moskow. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengonfirmasi bahwa proses komunikasi antara kedua belah pihak sebelumnya sudah terjalin dan bahwa Rusia akan menentukan sikap setelah melakukan pembicaraan bilateral. Peskov menegaskan bahwa Rusia tidak akan berkompromi soal wilayah yang telah dianeksasi, seperti Krimea, Donetsk, dan Luhansk, yang menurutnya telah diabadikan dalam Konstitusi Rusia.

Peskov lebih lanjut menjelaskan, terdapat banyak rumor yang beredar berkaitan dengan tuntutan Rusia kepada Washington, dan ia membantah bahwa Rusia telah memberikan daftar tuntutan terkait kesepakatan Ukraina. “Banyak informasi di media yang tidak akurat, hanya sebagian kecil saja yang benar,” ujarnya.

Pengamat menilai bahwa tuntutan Rusia mencakup pencabutan sanksi yang diterapkan terhadapnya sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih komprehensif. Di sisi lain, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dijadwalkan untuk bertemu dengan Putin di Moskow. Namun, hingga artikel ini ditulis, belum ada pernyataan resmi terkait hasil pertemuan tersebut.

Dalam wawancara terbaru, penasihat Kremlin, Yury Ushakov, menekankan bahwa Rusia mencari penyelesaian yang bersifat jangka panjang, dan menolak untuk menerima solusi yang hanya memberikan jeda sementara dalam konflik. “Proses ini tidak seharusnya hanya berpura-pura menciptakan perdamaian tanpa menyelesaikan masalah mendasarnya,” ungkap Ushakov.

Pentingnya gencatan senjata ini tidak bisa dipandang sepele, mengingat latar belakang konflik yang kompleks antara Rusia dan Ukraina. Sejak tahun 2014, konflik ini telah menyebabkan lebih dari 13.000 korban jiwa dan berakar dari perpecahan budaya dan politik yang telah berlangsung lama.

Konflik ini dipicu oleh Revolusi Maidan di Ukraina yang berhasil menggulingkan presiden pro-Rusia, Viktor Yanukovych, yang kemudian direspons oleh Rusia dengan aneksasi Krimea dan dukungan terhadap separatis di wilayah Donbas. Keberlangsungan pertikaian ini terus berlanjut dengan berbagai upaya diplomasi yang hingga kini belum menghasilkan kemajuan yang signifikan.

Pengamat politik menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata ini bisa menjadi langkah positif jika diiringi dengan komitmen dari kedua belah pihak untuk mencapai perdamaian yang bertahan lama. Meskipun masih banyak tantangan di depan, pengumuman ini memberikan harapan baru bagi penyelesaian konflik yang berlarut-larut di Ukraina.

Berita Terkait

Back to top button