
Seorang wanita di Australia baru-baru ini menjadi pusat perhatian setelah melahirkan bayi yang bukan miliknya, sebagai akibat dari kesalahan fatal di suatu klinik fertilitas. Insiden ini terjadi pada bulan Februari 2025 di Monash IVF yang berlokasi di Brisbane, saat petugas medis secara tidak sengaja mencairkan dan mentransfer embrio dari pasien lain ke dalam tubuh wanita tersebut.
Menurut pernyataan resmi dari Monash IVF, kesalahan ini terjadi karena orang tua kandung memiliki terlalu banyak embrio yang disimpan. Klinik tersebut menjelaskan bahwa embrio dari pasien lainnya secara keliru dicairkan dan dialokasikan kepada ibu yang tidak berhak. Meskipun bayi tersebut lahir pada tahun 2024, Monash IVF tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai usia bayi tersebut.
CEO Monash IVF, Michael Knaap, menyatakan, “Kami semua di Monash IVF sangat terpukul dan kami meminta maaf kepada semua pihak yang terlibat.” Knaap menambahkan, meskipun protokol keselamatan lab yang ketat sudah diterapkan, kesalahan manusia masih saja dapat terjadi. Dia menegaskan bahwa klinik akan terus memberikan dukungan kepada pasien selama masa yang sangat menyedihkan ini.
Klinik tersebut melaporkan kejadian ini kepada regulator di negara bagian Queensland. Meskipun pengusutan ke dalam kesalahan tidak menemukan masalah serupa pada pasien lain, insiden ini telah menimbulkan pertanyaan serius mengenai sistem pengelolaan embrio di klinik fertilitas tersebut.
Monash IVF, yang didirikan pada tahun 1971, telah lama beroperasi sebagai salah satu penyedia layanan IVF terbesar di Australia, dengan berbagai lokasi di seluruh negeri. Namun, klinik ini sebelumnya menghadapi gugatan class action yang melibatkan lebih dari 700 pasien pada tahun lalu, terkait klaim dukungan hukum yang menyatakan penghancuran embrio yang berpotensi hidup, meskipun klinik itu tidak mengakui tanggung jawab hukum dan membayar penyelesaian sebesar 35 juta dolar.
Tindakan hukum dan kesalahan administrasi dalam praktik IVF di Australia menyoroti kelemahan dalam regulasi yang mengatur industri fertilitas. Saat ini, setiap negara bagian memiliki undang-undang dan aturan sendiri tentang penggunaan IVF. Regulator mendapati bahwa hampir setengah dari sampel sperma beku yang diperiksa di Queensland memiliki risiko kesalahan identifikasi sedang hingga tinggi. Hal ini mendorong parlemen untuk memberlakukan undang-undang baru pada tahun 2024 yang bertujuan untuk memperketat pengawasan di sektor tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa penyimpanan dan pengelolaan embrio adalah hal yang kritis dalam prosedur IVF, yang meliputi pengambilan sel telur, pembuahan di laboratorium, dan penanaman embrio ke dalam rahim. Prosedur ini, meskipun secara umum memberikan harapan bagi banyak pasangan yang menghadapi masalah kesuburan, bukan tanpa risiko. Kesalahan seperti ini menimbulkan pertanyaan etis dan legal tentang hak asuh anak dan kejelasan statutornya.
Ayah dari bayi yang lahir melalui kesalahan ini belum diidentifikasi, dan pihak Monash IVF tidak mempublikasikan rincian lebih lanjut mengenai situasi ini. Kasus ini menyoroti pentingnya konsistensi dan transparansi dalam praktik-praktik klinis serta perlunya regulasi ketat untuk mencegah terulangnya kejadian tragis di masa depan.