Setiap tanggal 25 Januari, masyarakat Indonesia memperingati Hari Gizi dan Pangan Nasional (HGN) sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi dan pangan yang sehat. Peringatan ini tidak hanya menjadi ajang untuk mengenang sejarah, tetapi juga untuk menyebarluaskan informasi mengenai pentingnya pola makan yang seimbang. Pada tahun 2025, tema yang diangkat adalah “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat,” yang menggambarkan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam memerangi masalah gizi di Indonesia.
Sejarah Hari Gizi Nasional berakar dari inisiatif yang dimulai pada tahun 1951, ketika Lembaga Makanan Rakyat (LMR) mendirikan Sekolah Juru Penerang Makanan. Inisiatif ini digagas oleh Prof. Poorwo Soedarmo, yang dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia. LMR, yang pada awalnya bernama Instituut Voor Volksvoeding (IVV), menjadi pelopor dalam pengembangan tenaga gizi di Indonesia. Peringatan ini resmi menjadi agenda tahunan pada pertengahan 1960-an dan dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat selama era 1970-an. Seiring berjalannya waktu, HGN menjadi momentum penting untuk meningkatkan komitmen bersama dalam memerangi berbagai masalah gizi seperti stunting, kekurangan gizi, dan obesitas.
Menurut data terbaru dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Meskipun penurunan ini menunjukkan kemajuan, tantangan masih ada dalam mencapai target 14% pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan gizi masyarakat masih perlu ditingkatkan.
Tema “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat” pada tahun 2025 tidak hanya menekankan pentingnya konsumsi makanan bergizi untuk mencegah stunting, tetapi juga untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan mendorong generasi muda yang sehat. Dampak pola makan tidak sehat sangat terasa, terutama di tengah tantangan global seperti obesitas dan malnutrisi akibat ketidakseimbangan pola makan. Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa pola makan yang bergizi seimbang penting untuk pertumbuhan optimal anak-anak dan mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi.
Untuk mendukung langkah ini, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan berbagai program edukasi, salah satunya adalah promosi Isi Piringku. Program ini menekankan pentingnya proporsi makanan sehat dalam setiap porsi makan, bertujuan untuk membentuk kebiasaan makan yang lebih baik di masyarakat.
Meskipun terdapat kemajuan, tantangan dalam memperbaiki gizi masyarakat Indonesia masih signifikan. Gaya hidup modern seringkali mendorong pola makan yang tidak sehat, terutama di kota-kota besar yang lebih cenderung mengonsumsi makanan cepat saji tinggi kalori dan rendah nutrisi. Oleh karena itu, pemerintah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) mendorong langkah-langkah berikut:
1. Mengurangi konsumsi makanan olahan tinggi gula, garam, dan lemak.
2. Meningkatkan konsumsi pangan lokal, seperti ikan, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan.
3. Memperluas edukasi tentang pentingnya gizi seimbang melalui seminar, pelatihan, dan kampanye media.
4. Memperkuat intervensi gizi sensitif, seperti penyediaan air bersih, sanitasi, dan program perlindungan sosial untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Hari Gizi dan Pangan Nasional bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat, sektor swasta, dan lembaga pendidikan. Upaya konkret, seperti pemberian makanan tambahan untuk anak-anak sekolah dan kampanye kesehatan, diharapkan dapat mempercepat pencapaian target penurunan stunting hingga 14% pada 2024, sesuai dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Dengan semangat kolektif dalam memperingati Hari Gizi dan Pangan Nasional 2025, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya pola makan bergizi dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas gizi, yang tentunya akan berdampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan seluruh generasi mendatang.
