Dunia

Serangan Drone Gaza: Israel Tewaskan 1 Operator, 2 Target Dikenali

Militer Israel mengonfirmasi telah melakukan serangan udara di Jalur Gaza selatan, menargetkan dua operator drone yang diduga terlibat dalam aktivitas menyelundupkan senjata. Serangan yang terjadi pada Rabu ini menyebabkan satu orang tewas, seorang pria berusia 44 tahun yang tidak disebutkan identitasnya, dalam insiden yang berlangsung dekat kota Rafah.

Insiden ini menjadi sorotan mengingat situasi di kawasan tersebut yang masih tegang pasca gencatan senjata yang rapuh. Menurut kementerian kesehatan Gaza, serangan Israel baru-baru ini telah mengakibatkan sedikitnya 92 warga Palestina tewas dan lebih dari 800 lainnya mengalami luka-luka sejak gencatan senjata diterapkan bulan lalu. Ini menunjukkan konsekuensi serius dari ketegangan yang terus berlangsung antara Israel dan kelompok bersenjata di Gaza.

Berdasarkan informasi dari pihak militer Israel, serangan tersebut dilatarbelakangi oleh observasi mereka terhadap drone yang terlihat beroperasi di wilayah Gaza. Drone tersebut pertama kali terlihat memasuki Gaza dari Israel sebelum serangan terjadi. Militer Israel mengklaim bahwa tindakan serangan tersebut merupakan respons untuk menghalau potensi ancaman terhadap pasukan mereka, terutama ketika operator drone berusaha mendekati kawasan yang dilindungi.

Seiring dengan itu, Munir al-Bursh, direktur jenderal kementerian kesehatan Gaza, menilai aksi brutal ini sebagai pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia, terutama dalam konteks gencatan senjata yang belum sepenuhnya dipatuhi. Ia mencatat bahwa serangan ini menambah daftar panjang akibat konflik yang merugikan warga sipil, yang selalu menjadi korban utama dalam situasi ketegangan bersenjata.

Dalam konteks yang lebih luas, Hamas juga menyampaikan pernyataan keras terkait serangan ini. Mereka mengancam akan menunda pembebasan sandera berikutnya, menuduh Israel telah melanggar perjanjian yang ada. Perwakilan Hamas menyatakan bahwa tindakan militer Israel, termasuk menembaki orang-orang di Gaza dan penghalangan bantuan kemanusiaan, menunjukkan ketidakpatuhan Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

Israel, yang sebelumnya mendapatkan dukungan dari Presiden Donald Trump, mengindikasikan bahwa mereka akan melanjutkan operasi militer jika tuntutan pembebasan sandera tidak dipenuhi pada batas waktu yang telah ditetapkan. Ini memperburuk ketegangan di kawasan, dan mengingatkan dunia tentang risiko yang terus mengancam stabilitas di Jalur Gaza dan sekitarnya.

Penting untuk mencatat bahwa serangan seperti ini bukanlah kejadian pertama di kawasan tersebut. Sejak konflik berkepanjangan antara Israel dan kelompok bersenjata Palestina berlangsung, operasi militer sering kali menjadi respons terhadap ancaman yang dianggap merugikan keamanan negara tersebut.

Poin-poin penting terkait serangan drone ini meliputi:

– Militer Israel melancarkan serangan untuk menargetkan dua operator drone yang diduga terlibat dalam penyelundupan senjata.
– Satu orang tewas, dengan lebih dari 800 korban luka-luka tercatat dalam serangkaian serangan Israel pasca-gencatan senjata.
– Hamas mengancam akan menunda pembebasan sandera menyusul serangan yang dianggap sebagai pelanggaran perjanjian.
– Ketegangan yang sedang berlangsung menunjukkan kompleksitas konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina, yang sering kali melibatkan korban sipil.

Dengan situasi yang terus berkembang, berbagai pihak pengamat internasional menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan kembali ke jalur diplomasi untuk menghindari jatuhnya lebih banyak korban serta memastikan kesejahteraan warga sipil di kawasan yang semakin tertekan ini.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button