Pada bulan Ramadan, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah Shalat Tarawih sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Namun, di tengah pelaksanaan shalat ini, banyak umat yang mempertanyakan tentang tata cara dan jumlah tahiyat yang dibutuhkan, terutama ketika melaksanakan Shalat Tarawih 4 rakaat. Pertanyaan ini menjadi sorotan utama ketika KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai hal ini.
Gus Baha menjelaskan bahwa Shalat Tarawih 4 rakaat dengan satu salam adalah sah. Ia menyebutkan bahwa praktik ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan memiliki dasar yang kuat, meskipun terdapat riwayat yang menyatakan bahwa Shalat Tarawih seharusnya dilaksanakan dua rakaat dengan satu salam. "Sehingga kalau ada shalat Tarawih empat rakaat tanpa tasyahud sebelumnya, sebetulnya secara fiqih kita sepakat itu sah," ungkapnya.
Dalam penjelasannya, Gus Baha menjelaskan bahwa tidak ada ulama yang mewajibkan tasyahud awal dalam pelaksanaan Shalat Tarawih empat rakaat. Menurutnya, hukum sunnah dalam shalat adalah fleksibel, dan keadaan di mana seorang jamaah tidak melakukan tasyahud tidak membatalkan shalat. Hal ini memberikan ruang bagi para umat Islam agar lebih memahami dan menjalankan ibadah dengan penuh kebebasan.
Untuk memperkuat pendapatnya, Gus Baha merujuk kepada hadis dari Aisyah RA, yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat malam, termasuk Tarawih, dengan empat rakaat sekaligus salam. Di dalam hadis tersebut, Aisyah menyampaikan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah bilangan pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan selain Ramadhan dari 11 Rakaat. Beliau shalat empat rakaat sekali salam…” (HR Muslim).
Dari sini, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Shalat Tarawih yang dilaksanakan empat rakaat, jamaah hanya melakukan satu tahiyat, yaitu tahiyat akhir setelah rakaat terakhir. Dengan kata lain, jamaah tidak perlu melakukan tasyahud setelah dua rakaat pertama sebelum melanjutkan ke dua rakaat berikutnya. Hal ini memberi kemudahan bagi mereka yang melaksanakan Shalat Tarawih, terutama bagi mereka yang baru belajar atau mungkin tidak terbiasa dengan praktik ini.
Gus Baha juga memberikan catatan penting mengenai perlunya saling menghormati perbedaan pendapat dalam hal-hal cabang (furu’iyah) dalam agama. Ia berharap agar umat Islam dapat memahami pentingnya toleransi ketika berhadapan dengan persoalan ibadah yang tidak selalu memiliki satu solusi tunggal. “Penting untuk saling menghormati perbedaan pendapat agar umat Islam semakin kompak dan bersatu,” ujarnya.
Berikut adalah beberapa poin penting dari penjelasan Gus Baha terkait Shalat Tarawih 4 rakaat:
- Sah Tanpa Tasyahud Awal: Shalat Tarawih 4 rakaat sekaligus salam dianggap sah meskipun tanpa tasyahud setelah dua rakaat pertama.
- Dasar Hadis: Praktik ini didukung dengan hadis dari Aisyah RA yang menggambarkan cara shalat Nabi Muhammad.
- Fleksibilitas dalam Beribadah: Gus Baha menekankan adanya fleksibilitas dalam pelaksanaan shalat sunnah, termasuk Shalat Tarawih.
- Pentingnya Toleransi: Perbedaan pendapat dalam tata cara ibadah harus ditempatkan dalam konteks toleransi dan saling menghormati antar sesama umat Islam.
Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah Shalat Tarawih ini, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan ibadah dengan khusyuk dan benar, tanpa merasa terbebani oleh perbedaan yang ada.