PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) telah mencetak prestasi yang membanggakan dengan menjadi perusahaan bahan bangunan pertama di Indonesia yang mendapat validasi dari lembaga internasional, Science-Based Target initiatives (SBTi). Validasi ini menandakan bahwa SIG memenuhi kriteria ketat dalam menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang mendukung upaya membatasi pemanasan global pada tingkat 1,5° Celsius.
Vita Mahreyni, Corporate Secretary SIG, menjelaskan bahwa pencapaian ini menunjukkan komitmen SIG yang kuat terhadap pengurangan emisi GRK melalui rencana aksi yang terukur dan aplikatif. "SIG bangga menjadi perusahaan pertama di industri bahan bangunan Indonesia tervalidasi SBTi," ungkapnya pada Kamis (23/1/2025). Menurutnya, pemanasan global akibat peningkatan emisi GRK merupakan ancaman nyata bagi keberlanjutan kehidupan di bumi, sehingga SIG bertekad untuk berperan aktif dalam pengendalian iklim global.
SIG menetapkan serangkaian target penurunan emisi GRK yang ambisius melalui berbagai inisiatif strategis, antara lain:
Penggunaan Bahan Bakar Alternatif: SIG memanfaatkan limbah pertanian, industri, dan sampah padat perkotaan yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF) serta biomassa. Langkah ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan emisi, tetapi juga membantu mengatasi masalah lingkungan seperti bau tak sedap dan penyakit yang ditimbulkan oleh limbah.
Digitalisasi Pabrik: SIG mengimplementasikan teknologi canggih seperti machine learning, big data, dan artificial intelligence (AI) untuk mengoptimalkan proses produksi. Inovasi ini bertujuan untuk mencapai efisiensi penggunaan energi dan meningkatkan produktivitas pabrik.
- Target yang Terukur: SIG berkomitmen untuk menjalankan rencana aksi yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, yang sejalan dengan pedoman SBTi.
SBTi sendiri merupakan lembaga terkemuka dalam validasi target emisi GRK yang berbasis pada ilmu pengetahuan terkini. Lembaga ini berupaya membantu perusahaan dan organisasi dalam menetapkan target penurunan emisi guna membatasi pemanasan global sesuai dengan Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim.
Pencapaian SIG tercatat sebagai langkah signifikan dalam mendukung program Asta Cita yang dicanangkan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir. Dalam konteks ini, Erick menekankan pentingnya transformasi BUMN untuk memperhatikan aspek keberlanjutan. "Saya berharap BUMN menjalankan transformasi energi yang ramah lingkungan dan mengurangi emisi karbon. Ini adalah tanggung jawab bersama demi keberlanjutan lingkungan hidup kita," harapnya.
Keberhasilan SIG dalam meraih validasi SBTi juga memperlihatkan momentum positif bagi industri bahan bangunan di Indonesia. Dengan langkah-langkah strategis ini, SIG tidak hanya berkontribusi terhadap pengurangan emisi GRK, tetapi juga menginspirasi perusahaan lain untuk melakukan penyesuaian dalam operasional mereka menuju praktik yang lebih berkelanjutan.
Melalui penerapan berbagai inisiatif yang inovatif tersebut, SIG menunjukkan bahwa industri bahan bangunan bisa bertransformasi menjadi lebih hijau dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Capaian ini juga sejalan dengan komitmen global untuk mencapai net-zero emisi, yang kini menjadi fokus utama dalam agenda perubahan iklim dunia.
Melihat perkembangan dan prestasi yang diraih SIG, diharapkan langkah-langkah serupa dapat diikuti oleh perusahaan lain guna mendorong terciptanya industri yang lebih berkelanjutan dan berkomitmen terhadap pengurangan jejak karbon.