Dunia

Soekarno dan Fidel Castro: Pondasi Kuat Hubungan Indonesia-Kuba

Soekarno dan Fidel Castro telah menjadi pionir dalam membangun jembatan sejarah antara Indonesia dan Kuba, dua negara yang memiliki perjalanan panjang dalam hubungan diplomatik. Sejak saling mengunjungi di tahun 1960, keduanya telah meletakkan fondasi yang kuat dalam hubungan bilateral yang terus berkembang hingga saat ini. Peringatan 65 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara baru saja dirayakan dalam sebuah resepsi yang diadakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Havana, Kuba, pada 30 Januari 2024.

Dalam acara tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Kuba, Nana Yuliana, menegaskan bahwa kunjungan Presiden Soekarno ke Kuba pada Mei 1960 bukan hanya sekadar perjalanan diplomatik. Kunjungan ini melambangkan solidaritas Indonesia dalam memperjuangkan prinsip Gerakan Non-Blok dan menentang berbagai bentuk penjajahan. “Kunjungan tersebut menandai dimulainya hubungan diplomatik resmi antara Indonesia dan Kuba,” jelas Nana.

Acara peringatan ini dihadiri oleh sekitar 200 tamu, termasuk pejabat tinggi Kuba, perwakilan korps diplomatik, dan tokoh dari berbagai sektor. Antara yang hadir adalah Wakil Menteri Luar Negeri Kuba, Anayansi Rodriguez Camejo, dan Wakil Menteri Dagang Luar Negeri Kuba, Deborah Rivas.

Sejak awal hubungan, bisnis dan perdagangan menjadi salah satu fokus utama. Dalam empat tahun terakhir, Indonesia dan Kuba telah menandatangani lima kesepakatan penting yang mencakup:

1. MoU Bebas Visa untuk Paspor Diplomatik dan Dinas.
2. MoU Kerja Sama Sains, Teknologi, dan Inovasi.
3. MoU antara Kamar Dagang Indonesia dan Kuba.
4. Letter of Intent (LoI) tentang Pemberantasan Perdagangan Narkoba Ilegal.
5. LoI tentang Kerja Sama Teknik.

Nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan Kuba telah mencapai lebih dari US$10 juta pada November 2024 dan terus menunjukkan tren peningkatan. Investasi Indonesia di Kuba juga berkembang, terlihat dengan hadirnya lima Grand Aston Hotels di berbagai kota, yang menunjukkan potensi kerja sama di sektor pariwisata.

Selain itu, interaksi sosial dan budaya menjadi pilar penting dalam hubungan kedua negara. KBRI aktif mempromosikan seni dan budaya Indonesia di Kuba dengan berbagai program, termasuk pertunjukan musik angklung, batik, dan kuliner khas Indonesia. Dalam bidang pendidikan, Kuba memberikan kesempatan beasiswa kepada sembilan mahasiswa Indonesia untuk studi ilmu kedokteran, serta membuka peluang kolaborasi di sektor kesehatan antara rumah sakit di kedua negara.

Wakil Menteri Luar Negeri Kuba, Anayansi Rodriguez Camejo, menekankan betapa signifikan kunjungan Soekarno di tahun 1960, di mana ia merupakan kepala negara asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah revolusi. Kunjungan tersebut menjadi momen penting ketika Soekarno memberikan hadiah berupa keris dan peci kepada Fidel Castro, yang memperkuat simbolisme persahabatan antara kedua pemimpin.

Peringatan 65 tahun tersebut juga diwarnai dengan pertunjukan budaya Indonesia. Tarian tradisional Bali oleh Yuliani Lancaster dan penampilan saksofon oleh musisi Indonesia yang juga akan tampil di Havana International Jazz Festival 2025, menjadi sorotan dalam acara itu. Pameran foto-foto bersejarah mengenai kunjungan kedua pemimpin negara juga meramaikan suasana resepsi.

Hubungan diplomatik Indonesia dan Kuba, yang dipelopori oleh Soekarno dan Fidel Castro, tidak hanya sekadar meningkatkan kerjasama bilateral tetapi juga membuktikan bahwa negara-negara yang memiliki semangat persamaan nilai dapat saling mendukung di kancah internasional. Melihat potensi yang ada, kedua negara berkomitmen untuk terus mempererat kerja sama di masa depan. Melalui berbagai kesepakatan dan interaksi budaya yang semakin erat, Indonesia dan Kuba semakin kokoh sebagai mitra strategis di tengah dinamika global yang terus berubah.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button