Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang memuaskan dengan catatan pertumbuhan yang kuat dan stabil di tahun 2024. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan global dan domestik, ekonomi tanah air mampu tumbuh sebesar 5,03 persen sepanjang tahun, dengan pertumbuhan kuartal IV mencapai 5,02 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa pencapaian ini adalah hasil dari peningkatan aktivitas investasi, manufaktur, serta permintaan domestik dan global yang mulai pulih.
Sri Mulyani dalam keterangannya merinci bahwa tantangan di tahun 2024 sangat beragam. "Tahun 2024 merupakan tahun yang penuh tantangan dan dinamika, baik dari sisi global maupun domestik. Namun, berkat kerja keras, sinergi yang solid, dan peran strategis APBN, kita mampu menjaga stabilitas dan pertumbuhan hingga akhir tahun 2024," ungkapnya. Hal ini menunjukkan bagaimana upaya kolaboratif dapat mendukung pertumbuhan ekonomi negara.
Salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga. Pada kuartal IV-2024, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,98 persen, yang secara keseluruhan mencapai 4,94 persen sepanjang tahun. Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain:
- Inflasi yang Terkendali: Stabilitas harga membuat daya beli masyarakat tetap terjaga.
- Peningkatan Mobilitas: Kegiatan masyarakat yang kembali normal setelah pandemi mendorong pertumbuhan konsumsi.
- Bantuan Sosial dari Pemerintah: Belanja sosial yang difokuskan kepada kelompok berpenghasilan rendah juga mendukung daya beli konsumen.
Selain konsumsi rumah tangga, penciptaan lapangan kerja juga menjadi pendorong penting, dengan total 4,79 juta lapangan kerja baru diwujudkan pada tahun 2024. Sementara itu, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) meningkat secara signifikan, tumbuh 6,06 persen pada kuartal IV dan mencapai 12,48 persen sepanjang tahun. Sri Mulyani mencatat bahwa kenaikan ini terkait dengan penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada serentak, serta berbagai ajang olahraga yang berlangsung.
Di sisi lain, konsumsi pemerintah juga mengalami pertumbuhan yang baik, mencatat angka 6,61 persen sepanjang tahun dan 4,17 persen di kuartal terakhir. Kinerja ini menunjukkan peran belanja negara sebagai penyangga stabilitas ekonomi dan pemacu konsumsi masyarakat. "Realisasi belanja negara memberikan multiplier effect bagi perekonomian, baik terhadap aktivitas dunia usaha maupun konsumsi masyarakat" kata Sri Mulyani.
Sebagai tambahan, investasi juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Modal Tetap Bruto (investaasi) tercatat tumbuh 5,03 persen pada kuartal IV dan 4,61 persen sepanjang 2024. Pertumbuhan yang berkelanjutan ini menunjukkan optimisme bagi investor dan bisnis di Indonesia.
Sri Mulyani juga menyatakan bahwa pencapaian perekonomian Indonesia yang resilien ini tidak lepas dari pengelolaan APBN yang efektif. Program perlindungan sosial dipastikan dapat menjaga daya beli masyarakat dan mendukung agenda pembangunan. "Keberlanjutan upaya penguatan fundamental ekonomi terus dilakukan, antara lain melalui transformasi ekonomi, penguatan ketahanan pangan, pengembangan energi terbarukan, hilirisasi, serta perbaikan iklim investasi dan bisnis," tuturnya.
Dengan data dan analisis yang berkembang, pengamat ekonomi seperti Anindya Bakrie menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,03 persen ini lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya sekitar 3 persen. Hal ini mungkin semakin menguatkan reputasi Indonesia sebagai salah satu ekonomi yang patut diperhitungkan di kawasan Asia.
Melihat proyeksi ke depan, Sri Mulyani menekankan bahwa APBN akan terus dioptimalkan sebagai penyangga dalam mengatasi tantangan perekonomian. Fokus kebijakan dan strategi pemerintah ke depan akan terus diarahkan untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendukung pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Perekonomian Indonesia diharapkan dapat terus tumbuh dengan kuat dan stabil, demi kesejahteraan seluruh masyarakat.