Sri Mulyani Tegaskan RI Tangguh Hadapi Perang Dagang Trump

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa meskipun ketegangan perdagangan global meningkat akibat tindakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang kuat. Dalam sebuah unggahan di Instagram resminya, Sri Mulyani menyatakan, "Perang dagang yang dilancarkan melalui kenaikan tarif oleh AS terhadap beberapa negara sahabat seperti Kanada, Eropa, dan Meksiko, serta China, telah memunculkan reaksi balik dan ketidakpastian di pasar global."

Sri Mulyani menekankan pentingnya setiap negara untuk berjuang menjaga kedaulatan dan kepentingannya. "Tidak terkecuali Indonesia, kita harus bekerja keras untuk melindungi kepentingan nasional kita," ujar Sri Mulyani.

Di tengah eskalasi perang dagang, Sri Mulyani melaporkan bahwa ekonomi Indonesia mampu bertahan dengan angka pertumbuhan di atas 5% sepanjang 2024. Hal ini menunjukkan kekuatan fundamental perekonomian nasional meskipun masih tertekan oleh kebijakan perdagangan internasional yang ketat. Data lain yang mendukung pernyataan tersebut termasuk rendahnya angka inflasi dan surplus Neraca Pembayaran sepanjang tahun 2024, yang tercatat mencapai $7,2 miliar, meningkat 14,2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berikut beberapa poin penting terkait kondisi ekonomi Indonesia:

  1. Pertumbuhan Ekonomi Positif: Kendati ada tekanan dari perang dagang, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang positif, tetap di atas 5%.

  2. Surplus Neraca Pembayaran: Pada tahun 2024, Indonesia mengalami surplus neraca pembayaran sebesar $7,2 miliar, yang menunjukkan kemampuan negara dalam mengelola transaksi internasional.

  3. Neraca Perdagangan yang Membaik: Sri Mulyani mengungkapkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2025 mengalami surplus sebesar 78% dibanding tahun sebelumnya, mencapai $3,5 miliar.

  4. Defisit Anggaran: Meski demikian, APBN Indonesia hingga Februari 2025 mencatat defisit sebesar Rp 31,2 triliun, di mana pendapatan negara baru mencapai Rp 316,9 triliun atau 10,5% dari target. Sementara itu, belanja negara sudah mencapai Rp 348,1 triliun atau 9,6% dari pagu anggaran.

  5. Strategi Peningkatan Pendapatan: Sri Mulyani menekankan, meskipun ada perlambatan pada penerimaan negara yang dipengaruhi harga komoditas, pemerintah akan terus melakukan inisiatif strategis dan perbaikan administratif untuk meningkatkan pendapatan negara.

Sri Mulyani menekankan pentingnya menjaga belanja negara yang efisien sambil tetap memberikan perhatian pada program bantuan sosial dan kebutuhan masyarakat. "APBN harus tetap agile sebagai instrumen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Dalam konteks ini, Sri Mulyani menggambarkan kinerja ekonomi Indonesia sebagai sebuah kisah ketahanan di tengah tekanan global. Meski situasi di pasar internasional kerap bergejolak, kemampuan Indonesia untuk tetap tumbuh merefleksikan resiliensi perekonomian nasional. Ke depannya, Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah akan terus berusaha untuk menavigasi tantangan ini dengan kebijakan yang tepat dan responsif.

Dengan kondisi yang ada, Sri Mulyani optimis bahwa Indonesia akan tetap mampu menghadapi tantangan yang diberikan oleh dinamika global, termasuk konsekuensi dari perang dagang yang dipicu oleh kebijakan luar negeri negara besar seperti Amerika Serikat. Semua paket kebijakan yang diambil bertujuan untuk memastikan ekonomi domestik tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang meski dalam kondisi yang sulit.

Berita Terkait

Back to top button