Strategi RI: Butuh Investasi 3 Kali Lipat untuk Capai 8% Pertumbuhan

Jakarta – Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang dicanangkan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Untuk meraih target ambisius tersebut, Indonesia perlu meningkatkan investasi hingga tiga kali lipat dari jumlah saat ini. Menurut Aviliani, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Analisis Kebijakan Makro Mikro Ekonomi Indonesia, hal ini sangat penting untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Salah satu faktor yang menjadi perhatian adalah penurunan Foreign Direct Investment (FDI) global yang mengalami penurunan sebesar 2% menjadi US$ 1,3 triliun pada tahun 2023. Aviliani menjelaskan bahwa penurunan ini dipicu oleh perlambatan ekonomi serta ketegangan geopolitik yang meningkat. Data menunjukkan bahwa investor lebih memilih untuk menempatkan dananya di portofolio dibandingkan ke sektor riil dalam situasi krisis.

Untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut, penting bagi pemerintah untuk menciptakan ekosistem investasi yang berkelanjutan dan memiliki dampak sosial. Aviliani mengungkapkan bahwa 75% investor kini memandang aspek keberlanjutan sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan investasi. "Ke depan, kita harus memastikan bahwa investasi diarahkan pada energi terbarukan serta sektor yang mendukung wawasan lingkungan," tegasnya.

Berikut adalah beberapa langkah yang diusulkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan investasi:

  1. Mendorong Investasi Berkelanjutan: Pemerintah perlu menciptakan regulasi yang mendukung investasi berkelanjutan, terutama dalam sektor energi terbarukan dan teknologi.

  2. Penumbuhan Sektor Teknologi: Investasi dalam inovasi dan teknologi tinggi menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia. Namun, tantangan yang harus dihadapi adalah risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat otomatisasi.

  3. Pemetaan Kesempatan Kerja: Mengingat dampak teknologi pada pasar tenaga kerja, pemerintah perlu memetakan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan. Program vokasi dan pelatihan juga sangat penting untuk meningkatkan kecakapan sumber daya manusia.

  4. Meningkatkan Daya Tarik Pasar: Indonesia harus memperbaiki daya tariknya dibandingkan negara-negara pesaing seperti Vietnam dan Thailand. Hal ini meliputi peningkatan infrastruktur serta kemudahan izin berusaha.

  5. Memperkuat Hubungan Bilateral: Aviliani menekankan pentingnya memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara lain sebagai strategi untuk memperluas pasar bagi produk Indonesia. Ini penting agar produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar global.

Aviliani juga menyoroti tren investasi yang semakin berfokus pada metode yang berdampak sosial dan lingkungan. Data dari Global Impact Investing Network (GIIN) menunjukkan bahwa investor dengan aset lebih dari US$ 500 juta menguasai 92% dari total investasi berdampak. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memperhatikan perubahan tren ini dan menarik lebih banyak investor yang peduli terhadap keberlanjutan.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan semua ini sangat besar, terutama dalam meningkatkan kemampuan teknologi dalam negeri. Diakui bahwa Indonesia masih tergolong negara dengan tingkat teknologi rendah, sehingga perlu usaha lebih untuk mencapai tingkat teknologi yang lebih tinggi.

Aviliani menutup pembicaraan dengan menekankan pentingnya menyusun strategi yang matang dalam berinvestasi. "Kita harus berbicara tentang pasar sebelum memproduksi. Ini untuk menghindari situasi produksi yang tidak berkelanjutan karena tidak ada pasar untuk produk tersebut," tutupnya.

Dengan langkah-langkah yang jelas dan kolaborasi dari semua pihak, Indonesia memiliki peluang untuk mencapai proyeksi pertumbuhan ekonomi yang ambisius tersebut. Namun, kegigihan dan kebijakan yang tepat harus dijalankan untuk menarik investasi yang dibutuhkan.

Berita Terkait

Back to top button