Sungai Citarum dan Cibeet Meluap, 151 KK di Karawang Terendam

Banjir melanda Kabupaten Karawang, Jawa Barat, akibat luapan Sungai Citarum dan Sungai Cibeet yang dipicu oleh curah hujan tinggi dalam tiga hari terakhir. Insiden ini telah mengakibatkan tergenangnya pemukiman di Desa Karangligar, khususnya di tiga RT yang tercatat oleh Satgas Penanggulangan Bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (PB-BPBD) Kecamatan Telukjambe Barat, yang memaksa 151 kepala keluarga (KK) mengungsi.

Tim PB-BPBD melaporkan bahwa daerah yang terendam banjir mencakup Dusun Kampek dan beberapa lokasi lain di sekitarnya. Menurut Kaming, anggota Satgas yang menangani situasi ini, “Ada 3 RT yang terendam banjir, sehingga memaksa 151 KK warga Karangligar mengungsi sementara di Kantor Desa.” Dengan ketinggian air bervariasi antara 30 sentimeter hingga 150 sentimeter, keadaan di Dusun Kampek, yang berada paling dekat dengan bibir sungai, mengalami kondisi yang paling parah. Ketinggian air tertinggi tercatat mencapai 1,5 meter.

Beberapa faktor berkontribusi terhadap situasi banjir ini. Dalam wawancaranya, Kaming menjelaskan, “Air sungai meluap karena hujan dengan intensitas tinggi selama 3 hari. Kedua sungai itu melintasi Desa Karangligar, kemudian meluap sehingga menyebabkan banjir.” Selain itu, kondisi geografis di sekitar sungai yang relatif rendah dan kurangnya saluran pembuangan yang efektif turut memperparah keadaan, menyebabkan air tidak cepat surut.

Kepala Dusun Pangasinan, Farman, menambahkan bahwa jumlah total warga yang mengungsi mencapai 155 orang, termasuk lima balita. “Untuk pengungsi, menurut data terakhir sampai pukul 13.00 WIB, ada 150 orang, termasuk 5 balita. Sementara ini mengungsi di 3 lokasi, yaitu kantor desa, masjid, dan rumah warga yang aman dari genangan air,” ujarnya.

Pengungsi kini bergantung pada bantuan dari pemerintah setempat dan relawan. Posko tanggap darurat telah didirikan di beberapa lokasi untuk memberikan pelayanan dasar, termasuk makanan, air bersih, dan perlengkapan lainnya bagi warga yang terdampak banjir. Masyarakat juga diminta untuk tetap waspada terhadap perkembangan cuaca, mengingat potensi hujan lebat masih dapat terjadi.

Daerah sekitar Sungai Citarum dan Cibeet memang dikenal sebagai wilayah rawan banjir, terutama saat musim hujan. Pemerintah dan lembaga terkait telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki infrastruktur penanganan banjir, namun dengan meningkatnya intensitas cuaca ekstrem, tantangan ini semakin kompleks. warga berharap agar pemerintah bisa meningkatkan perhatian terhadap penanganan banjir agar tidak ada lagi warga yang terpaksa mengungsi akibat bencana serupa di masa depan.

Dampak banjir ini juga menyoroti perlunya sistem drainase yang lebih baik, serta rehabilitasi daerah aliran sungai untuk mengurangi risiko banjir di masa mendatang. Penanganan terhadap banjir tidak hanya sekadar memberikan bantuan darurat, tetapi juga harus mencakup langkah-langkah preventif dan peningkatan infrastruktur secara keseluruhan.

Kejadian ini menunjukkan ketidakpastian cuaca yang dapat menjadi tantangan bagi masyarakat. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai stakeholder untuk menghadapi risiko bencana alam, sekaligus mempersiapkan langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif di masa depan. Dengan demikian, diharapkan bila hujan lebat kembali melanda, masyarakat sudah memiliki persiapan dan perlindungan yang lebih baik dari potensi bencana yang merugikan.

Berita Terkait

Back to top button