Survei terbaru dari Podme Insight Center (KIC) mengungkapkan bahwa 83,6 persen masyarakat Indonesia sudah familiar dengan kecerdasan buatan (AI). Laporan berjudul "Kedaulatan AI Untuk Memberdayakan Indonesia" tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak hanya pernah mendengar tentang AI, tetapi juga menyadari manfaat serta tantangannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam survei yang melibatkan 1.255 orang tersebut, KIC menggunakan metode random sampling dan dilakukan secara tatap muka antara 25 September hingga 15 November 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa AI kini bukan lagi sekadar konsep yang subjektif, melainkan telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Sebanyak 64,7 persen responden menyatakan telah menggunakan AI dalam aktivitas harian mereka.
Berbagai aplikasi AI yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
-
Chatbot – 36,9 persen responden menyebut chatbot sebagai salah satu produk AI yang mereka akui adanya, seperti ChatGPT dan Gemini yang menjadi sorotan utama.
-
CCTV Identifikasi – 34,6 persen responden menyebutkan penggunaan CCTV yang mampu mengidentifikasi orang tidak dikenal.
-
Aplikasi Pembuatan Artikel – 33,9 persen responden menyatakan menggunakan aplikasi yang menghasilkan artikel secara otomatis.
-
Smartwatch – 32,7 persen responden mengadopsi smartwatch yang merekam pola olahraga dan tidur.
- Situs Rekomendasi – 31,8 persen responden memakai situs yang merekomendasikan produk berdasarkan histori belanja.
Data survei ini menyoroti bagaimana produk-produk berbasis AI terus berkembang pesat, terutama dampaknya kepada konsumen. Peluncuran teknologi AI generatif dan penerapan regulasi AI di beberapa negara juga turut mendorong masyarakat untuk lebih mengenali dan merasakan manfaat dari teknologi ini.
Saat ditanya tentang persepsi terhadap keamanan penggunaan AI, 78 persen responden merasa bahwa teknologi ini aman untuk digunakan. Meskipun demikian, sebesar 69,3 persen responden mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan penyalahgunaan AI. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat tentang risiko yang dapat timbul dari penggunaan teknologi ini.
Dari sisi penggunaan, sekitar 93,1 persen responden melihat dampak positif dari keberadaan AI, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas (61,1 persen), mendorong inovasi di industri kreatif (26,9 persen), serta membantu dalam pemecahan masalah kompleks (25,7 persen).
Walaupun demikian, masyarakat juga mengidentifikasi sejumlah risiko yang menyertai penggunaan AI, di antaranya:
- AI mengambil alih pekerjaan manusia (39,8 persen)
- Penyebaran konten berbahaya (33,4 persen)
- Masalah privasi (28,7 persen)
- Serangan siber (26,5 persen)
Dalam konteks ini, optimisme masyarakat Indonesia terhadap teknologi AI tetap tinggi dengan 85 persen responden mengungkapkan harapan positif terkait manfaatnya. Selain itu, angka antusiasme terhadap perkembangan teknologi ini juga cukup signifikan, mencapai 81,7 persen.
Kondisi ini mencerminkan transformasi digital yang sedang berlangsung di Indonesia, di mana masyarakat mulai menerima dan mengintegrasikan berbagai solusi berbasis AI dalam kehidupan mereka. Para ahli menilai bahwa pemahaman dan penggunaan AI oleh masyarakat semakin membuktikan bahwa teknologi ini akan terus memainkan peran yang penting dalam memajukan berbagai aspek kehidupan.
Informasi lebih lanjut mengenai laporan survei ini tersedia melalui tautan resmi KIC yang dapat diakses oleh publik. Sumber daya ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai perkembangan AI dan implikasinya bagi masyarakat di Indonesia ke depan.