Tagar Perang Dunia 3 menjadi trending topic di media sosial, terutama di platform X (sebelumnya Twitter), setelah pernyataan tegas Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkait penggunaan senjata nuklir. Ketegangan ini meningkat mengingat situasi perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung selama 1.000 hari, dengan berbagai eskalasi yang tampaknya membawa dunia menuju ancaman yang lebih besar.
Ketegangan ini semakin memuncak setelah keputusan Amerika Serikat untuk memberikan izin kepada Ukraina menggunakan misil jarak jauh, yang dinilai dapat menyerang wilayah Rusia. Pada hari yang sama dengan pengumuman AS tersebut, Ukraina melancarkan serangan ke wilayah Bryansk, Rusia. Menurut pemerintah Moskow, serangan ini merupakan langkah provokatif yang menunjukkan bahwa Barat mencoba memperbesar konflik yang sudah ada. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menilai campur tangan ini sebagai sinyal jelas dari negara-negara Barat untuk semakin memperburuk situasi.
Dalam menyikapi serangan tersebut, Presiden Putin mengeluarkan dekrit yang menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir. Kini, Rusia mengklaim memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir bahkan jika hanya menghadapi serangan konvensional yang mengancam kedaulatan atau integritas wilayahnya. Langkah ini disertai dengan latihan nuklir besar-besaran sebagai bentuk peringatan kepada pihak Barat agar tidak menciptakan situasi yang lebih berbahaya.
Rusia juga mencatat kemajuan teritorial yang signifikan di Ukraina. Sejak awal tahun 2024, mereka berhasil menguasai hampir 2.000 kilometer persegi, yang merupakan enam kali lipat dari pencapaian tahun sebelumnya. Di balik kemajuan ini, Rusia harus menghadapi kehilangan nyawa puluhan ribu tentara. Meskipun begitu, Kremlin tampaknya rela membayar harga ini untuk memperkuat posisinya dalam potensi perundingan damai ke depan.
Di tengah ketegangan ini, KTT G20 di Brasil berlangsung. Sayangnya, solidaritas internasional terhadap Ukraina tidak sekuat harapan. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengekspresikan kekecewaannya terhadap respons yang tidak memadai dari negara-negara besar di G20. Berdasarkan keterangan dari Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, pihaknya akan terus mendukung Ukraina, namun tidak menjelaskan rinciannya mengenai dukungan senjata yang setara dengan AS.
Ketidakpastian di panggung internasional kian bertambah menjelang pelantikan Donald Trump kembali sebagai Presiden AS. Trump membuat klaim ambisius bahwa ia dapat menyelesaikan perang dalam waktu singkat, meskipun tanpa langkah konkret yang jelas. Dalam konteks ini, baik Rusia maupun Ukraina berusaha memperkuat posisi mereka masing-masing menjelang pembicaraan damai yang mungkin terjadi di masa depan.
Krisis yang berkepanjangan ini menunjukkan bahwa perang Rusia-Ukraina memasuki fase yang semakin tidak terduga. Ancaman menggunakan senjata nuklir dan dinamika politik global yang terus berubah kini memicu kekhawatiran akan kemungkinan eskalasi lebih lanjut. Ketegangan ini menghadirkan tantangan serius bagi keamanan dunia, di mana setiap langkah dapat memiliki konsekuensi yang signifikan.
Sebagai catatan, media sosial menjadi panggung bagi pro dan kontra di tengah meningkatnya ketegangan global. Tagar Perang Dunia 3 bukan hanya mencerminkan ketakutan, namun juga menunjukkan kepedulian masyarakat internasional terhadap situasi ini. Ancaman nuklir yang dinyatakan oleh Putin dan dukungan kuat dari Barat kepada Ukraina semakin menambah kompleksitas konflik ini. Ketidakpastian di masa depan kini berada di titik kritis, dengan berbagai potensi yang bisa berkembang menjadi lebih serius.