
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menciptakan ketegangan dalam hubungan perdagangan internasional dengan kebijakan tarif baru yang ditetapkan untuk baja dan aluminium. Kebijakan ini tidak hanya berdampak pada ekonomi domestik, tetapi juga memicu reaksi tajam dari Uni Eropa (UE) dan negara-negara mitra dagangnya, termasuk Kanada.
Dalam pernyataannya, Trump menyatakan, “Apa pun yang mereka kenakan kepada kami, kami akan mengenakannya kepada mereka,” menunjukkan sikap tegas yang akan diambil AS terhadap negara-negara yang memberlakukan tarif tinggi. Pada saat yang sama, Uni Eropa merencanakan penerapan tarif balasan yang dapat mencapai €26 miliar (setara Rp441 triliun), dengan tarif berlaku sebagian mulai 1 April dan secara penuh pada 13 April 2025. Menurut Presiden UE, Ursula von der Leyen, tarif yang dikenakan ini akan berdampak buruk bagi bisnis dan konsumen, mengganggu rantai pasokan serta menciptakan ketidakpastian ekonomi. “Pekerjaan terancam, harga naik, dan tak ada yang menginginkannya—baik di Eropa maupun di AS,” tegasnya.
Respon Trump terhadap kebijakan ini menunjukkan keinginan untuk mendorong produksi baja dan aluminium dalam negeri. Namun, para analis dan kritikus mengkhawatirkan bahwa kebijakan ini dapat memicu inflasi dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kedua belah pihak. Pengaruh dari keputusan ini mulai terlihat ketika pasar saham AS mengalami penurunan yang signifikan dalam dua hari berturut-turut, menambah kekhawatiran mengenai kemungkinan resesi.
Pentingnya kebijakan ini semakin jelas ketika Trump memutuskan untuk menggandakan tarif, khususnya terhadap Kanada. Langkah ini diambil sebagai respon terhadap kebijakan Ontario yang menerapkan biaya tambahan pada ekspor listrik ke beberapa negara bagian AS. Kini, semua perusahaan yang berencana mengimpor baja dan aluminium dari Kanada dikenakan pajak sebesar 25 persen.
Dukungan terhadap langkah-langkah tarif yang diambil pemerintah AS muncul dari American Iron and Steel Institute (AISI), yang mencakup para produsen baja. Kevin Dempsey, presiden AISI, menyatakan bahwa langkah ini memperkuat integritas tarif dan menangani praktik perdagangan tidak adil yang selama ini menguntungkan produsen asing. Sementara itu, AS tetap menjadi importir utama untuk aluminium dan baja, dengan Kanada, Meksiko, dan Brasil sebagai pemasok utama.
Namun, tidak semua pihak setuju dengan kebijakan ini. Menteri Perdagangan Inggris, Jonathan Reynolds, dan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menyatakan kekecewaannya. Mereka menegaskan akan mengambil tindakan untuk melindungi kepentingan nasional masing-masing. Kanada, sebagai mitra dagang utama AS, telah mengisyaratkan akan mempertimbangkan balasan, meskipun Menteri Energi Jonathan Wilkinson mengungkapkan ketidakinginannya untuk memperburuk situasi yang sudah tegang.
Menghadapi tarif yang tinggi ini, Michael DiMarino, pemilik perusahaan Linda Tool di Brooklyn, merasab dilematis. Walaupun mendukung produksi baja lokal, ia menyadari bahwa peningkatan harga bahan baku akan berdampak pada harga jual produknya. Organisasi seperti American Automotive Policy Council juga mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang dampak tarif ini terhadap biaya produksi yang bisa meningkat secara signifikan.
Para ekonom memperingatkan risiko yang lebih besar terhadap perekonomian AS sebagai konsekuensi dari kebijakan tarif ini. “Tarif ini memang melindungi industri baja dan aluminium, tetapi merugikan sektor lain yang bergantung pada bahan tersebut,” ujar Bill Reinsch, mantan pejabat Departemen Perdagangan AS. Akibatnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan turun dari 2,4 persen menjadi 2 persen.
Peningkatan ketegangan ini menunjukkan betapa rumitnya dinamika perdagangan global dan bagaimana kebijakan satu negara dapat memicu reaksi berantai dari negara lain. Dalam keadaan ini, posisi AS di kancah perdagangan internasional dipertaruhkan, dan sangat penting bagi semua pihak untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap konsumen dan pelaku bisnis. Ke depan, situasi ini akan terus diawasi dengan ketat oleh para pengambil keputusan dan pelaku pasar global.