
Jakarta – Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini telah mengundang perhatian berbagai pihak, terutama dalam konteks harga barang-barang elektronik yang diproduksi oleh Apple, termasuk iPhone dan MacBook. Dengan tarif baru sebesar 53% untuk barang-barang yang diimpor dari China, potensi kenaikan harga produk-produk Apple di pasar AS menjadi semakin nyata.
Apple, yang dikenal sebagai raksasa teknologi global, selama ini menjalin kemitraan erat dengan sejumlah perusahaan di China untuk memproduksi beragam perangkatnya. Negara tersebut berfungsi sebagai pusat rantai pasokan bagi Apple, sehingga pengenaan tarif baru ini diprediksi akan berimbas langsung terhadap kenaikan harga jual iPhone dan MacBook di Amerika.
Jamie MacEwan, analis senior dari Enders Analysis, menyatakan bahwa hampir setengah dari pendapatan Apple berasal dari penjualan di China, baik melalui penjualan langsung maupun dari rantai pasokan. Penurunan lapangan pendapatan, akibat kebijakan ini, bisa menjadi pukulan bagi CEO Apple, Tim Cook, yang selama bertahun-tahun telah membangun hubungan yang baik dengan pemerintahan Trump.
Dalam laporan yang diterbitkan oleh Business Insider, terungkap bahwa Apple selama beberapa tahun terakhir sudah mengambil langkah untuk mendiversifikasi rantai pasokannya, mengingat meningkatnya ketegangan geopolitik antara AS dan China. Namun, tarif yang diterapkan Trump tampaknya akan mengganggu upaya tersebut. Setelah pengumuman tarif, saham Apple mengalami penurunan lebih dari 6%, menjadikannya salah satu yang terparah di antara perusahaan teknologi lainnya.
Pengenaan tarif juga berdampak luas, termasuk bagi negara lain seperti Indonesia, yang terkena dampak tarif 32% untuk produk ekspor ke AS. Kementerian Luar Negeri RI menyebutkan bahwa tarif ini dapat menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar AS, termasuk elektronik, tekstil, dan produk-produk lainnya. Pembentukan langkah strategis oleh pemerintah Indonesia sedang dipertimbangkan untuk mengatasi dampak negatif yang mungkin akan terjadi.
Dalam hal ini, Apple harus mempertimbangkan langkah strategis untuk menjaga daya saing produknya di pasar AS yang semakin menekan. Kenaikan harga menjadi jadwal yang harus ditinjau, termasuk potensi dampak terhadap regulasi konsumen dan keputusan pembeli. Kenaikan harga iPhone dan MacBook tidak hanya akan mempengaruhi daya beli konsumen Amerika, tetapi juga bisa menciptakan dampak jangka panjang terhadap posisi pasar Apple di AS.
Sementara itu, respon resmi dari pihak Apple terkait pengenaan tarif ini masih belum dikeluarkan. Namun, situasi ini terus dipantau oleh para analis dan investor, mengingat potensi dampaknya yang luas terhadap pendapatan perusahaan yang berbasis di Cupertino tersebut. Apakah perusahaan akan tetap memproduksi di China atau mencari negara lain untuk memindahkan produksinya terus menjadi perhatian, sementara konsumen menunggu kepastian mengenai harga produk-produk yang mereka minati.
Dengan demikian, interaksi antara kebijakan tarif yang ketat dan industri teknologi di AS, khususnya Apple, menyajikan tantangan yang kompleks, di mana konsumen dan produsen harus menghadapi realitas baru di pasar yang dipengaruhi oleh politik internasional. Aspek ini menyoroti pentingnya strategi adaptasi dalam menghadapi perubahan yang cepat dalam dunia perdagangan global.